Page 120 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2021
P. 120

BURUH UNJUK RASA TUNTUT KENAIKAN UMK CIMAHI, MINIMAL 10 PERSEN

              Cimahi : Sebelum penetapan besaran UMK tahun 2022, ratusan buruh melakukan aksi turun ke
              jalan di depan kantor Walikota Cimahi Jalan Raden Demang Hardjakusumah Kota Cimahi, Selasa
              (26/10/2021). Buruh tiba di depan kantor pemkot sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka bergantian
              melakukan orasi menyampaikan tuntutan. Sebelumnya, mereka berkumpul di kawasan industri
              dan melakukan konvoy hingga sampai di Pemkot Cimahi.

              Dalam penyampaian aspirasinya buruh menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota atau
              UMK Tahun 2022 sebesar minimal 10 persen, berlakukan UMK 2021, cabut/batalkan Omnibus
              Law  -  Undang-undang  Cipta  Kerja  dan  Perjanjian  Kerja  Bersama  (PKB)  tanpa  Omnibus
              Law.Perwakilan massa tidak menggelar pertemuan dengan Pemkot Cimahi. Usai menyampaikan
              aspirasi, buruh pun membubarkan diri. Sekretaris KC FSPMI Bandung Raya Hendrayana Hendri
              mengatakan, pada tanggal 26 Oktober 2021 buruh menggelar aksi secara nasional.

              "Aksi nasional tanggal 26 semua buruh turun. Penting bagi buruh Cimahi untuk ambil bagian,"
              ujarnya.

              Menurut Hendra, buruh yang datang ke lokasi sekitar 300 orang. "Kita datangkan sekitar 300
              orang,  juga  mengirim  perwakilan  ke  Gedung  Sate  mendukung  gerakan  di  Jabar,"  ucapnya.
              Tuntutan  buruh  yaitu  naikkan  UMK  2022  sebesar  10  persen.  Pada  tahun  2021  UMK  Cimahi
              sebesar  Rp  3.  241.929  sesuai  Surat  Keputusan  Gubernur  Jawa  Barat  No.  561/Kep.774-
              Yanbangsos/2020 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
              2021.

              "Untuk UMK 2022 naik serendah-rendahnya naik 10%," katanya.

              Sebelum ada UU Omnibus Law, kata Hendra, upah diatur melalui penerapan hitungan Kebutuhan
              Hidup Layak (KHL).

              "Aturan sekarang mengacu inflasi daerah atau laju pertumbuhan ekonomi. Pasti akan dipilih yang
              nilainya  lebih  rendah  agar  kenaikan  tidak  terlalu  besar,  karena  itu  kami  minta  unsur  KHL
              dimasukkan dalam penghitungan UMK," ungkapnya.

              Menurut buruh, UU Cipta Kerja/Omnibus Law sudah terlalu jauh dari amanat UUD 45. "Ini adalah
              aksi awal bahwa buruh akan terus melawan bergerak menolak Omnibus law," tegasnya. Buruh
              berharap Pemkot Cimahi tidak sekedar menampung aspirasi. "Harapan kami, Pemkot Cimahi
              bukan  sekedar  mendengar  dan  menyampaikan  tapi  ada  aksi  nyata.  Kami  yakin  Cimahi  bisa
              membuat kebijakan yang berpihak pada pemenuhan kesejahteraan buruh," pungkasnya.























                                                           119
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125