Page 103 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 JULI 2020
P. 103

Sementara di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) sebanyak 5 juta, dan di Kementerian
              Luar Negeri (Kemlu) 4,2 juta.



              IRONIS, DATA PEKERJA MIGRAN DI BP2MI, KEMLU, DAN KEMENAKER BERBEDA

              JAKARTA  - Persoalan  Pekerja Migran Indonesia  (PMI) tidak hanya terjadi di negara tempat
              tujuan, tapi berbagai persoalan ada sejak di dalam negeri. Salah satu persoalan mendasar dari
              persoalan PMI adalah data yang tidak sinkron antarlembaga pemerintahan.

              Kepala  Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)  Benny Rhamdani mengatakan,
              ada problem yang sangat serius dalam tata kelola  PMI  . Dia menyebutkan data jumlah PMI
              yang  ada  di  BP2MI  yang  terintegrasi  dengan  data  Keimigrasian    by  name  by  address    ada
              sebanyak 3,7 juta PMI. Sementara di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) sebanyak 5
              juta, dan di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) 4,2 juta.
              "Artinya  tiga  kementerian  lembaga  ini  memiliki  data  yang  berbeda.  Kalau  kita  ingin
              mengagungkan data World Bank jumlah PMI ada 9 juta. Tentu saya tidak ragu dengan data
              BP2MI  karena  terintegrasi  dengan  data  Keimigrasian.  Tapi  ketika  ada  angka  yang  berbeda
              antarlembaga  ini  maka muncul  keraguan  publik  terhadap data. Kalau  trust  publik tidak  ada
              kepada kementerian/lembaga maka kita harus jujur ada problem bernegara, khususnya dalam
              mendata jumlah pasti berapa jumlah PMI," ujar Benny Rhamdani dalam Bincang Seru Live IG
              SINDOnews  bertajuk  "Berantas  Mafia  Percaloan  Pekerja  Migran",  Rabu  (8/7/2020).(
              Kemenaker Siap Buka Pengiriman PMI ke Hong Kong-Taiwan  )   Dikatakan Benny, jika mengacu
              pada  data  World  Bank  jumlah  PMI  sebanyak  9  juta  maka  ada  selisih  5,3  PMI  yang  tidak
              terdeteksi dalam sistem yang dimiliki BP2MI. "Maka secara otomatis mereka WNI yang bekerja
              di luar negeri ada di luar kontrol perlindungan negara. Bagaimana kita melindungi PMI karena
              di sisi lain mereka juga tidak terdata dalam sistem kita," tuturnya.

              Padahal,  dalam  proses  pengiriman  PMI  ini,  kata  Benny,  ada  masalah  serius  berupa  praktik
              perbudakan  modern  yang  dilakukan  para  mafia,  sindikat,  komplotan  penjahat  dengan
              melibatkan oknum-oknum yang hari ini ada di institusi-institusi kekuasaan.

              "Mereka diberikan kewenangan oleh negara untuk mengurus PMI, tapi mereka justru terlibat
              dalam  kejahatan  yang  disebut  pengiriman  ilegal  ke  negara-negara  penerima.  Maka  BP2MI
              menyatakan perang terhadap sindikasi pengiriman PMI ilegal karena ini merupakan kejahatan
              luar  biasa,  bisnis  kotor  yang  seolah-olah  bendera  negara  lebih  rendah  daripada  bendera-
              bendera perusahaan," katanya.

              Menurutnya, inilah saatnya negara hadir untuk memberantas praktik jahat sindikasi pengiriman
              PMI ilegal. "Saatnya negara harus hadir, hukum harus bekerja, dan posisi Bendera Merah Putih
              harus dikembalikan di atas lebih tinggi posisinya dari bendera-bendera perusahaan," katanya.(
              TKW Ety Bebas dari Hukuman Mati, Ini Kata Ridwan Kamil  )  Dikatakan Benny, tantangan ke
              depan adalah bagaimana negara melindungi PMI sementara ada 5,3 juta PMI yang tidak ada
              dalam deteksi sistem BP2MI. Nama, daerah asal, dan di negara mana mereka bekerja tidak
              diketahui oleh negara. Karena itu, diperlukan modernisasi sistem yang terintegrasi dalam satu
              Big Single Data PMI. "Kalau ada sistem yang menghasilkan big single data maka otomatis negara
              bisa mengetahui warganya yang harus dilindungi," tuturnya.

              Benny menargetkan big single data ini akan tercapai dalam enam bulan ke depan. Pihaknya
              juga  bekerja  sama  dengan  kerja  sama  dengan  kementerian  dan  lembaga  lain,  baik  Kemlu,
              Kemenaker,  dan  lainnya  untuk  kepentingan  ini.  "Modernisasi  sistem  telah  disetujui  Pak
              Presiden," katanya. (abd).


                                                           102
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108