Page 5 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 JULI 2020
P. 5

Selain itu, DPR meminta pemerintah melakukan koordinasi lintas instansi terkait pengawasan
              pelaksanaan relaksasi kebijakan stimulus ekonomi bagi pelaku usaha sehingga tidak terjadi PHK
              bagi pekerja.

              Selain itu, membuat kebijakan percepatan penciptaan lapangan kerja berbasis UMKM.

              Obon Tabroni sepakat bahwa pemerintah harus menyediakan pelatihan kepada angkatan kerja.
              Namun,  berdasarkan  pengalamannya,  kemampuan  itu  bisa  dipelajari  secara  cepat  sesuai
              dengan industri yang membutuhkan. "Orang ngelas dan bongkar motor itu enam bulan sudah
              jago. Yang paling penting itu sebenar -nya mental. Mental (bekerja) di industri berbeda dengan
              agraris. Kalau orang pabrik itu harus disiplin dan etos kerjanya (tinggi)," ujarnya saat dihubungi
              SINDO Media, Kamis(9/7/2020).

              Pemerintah, menurut Obon, juga perlu menyediakan pelatihan pada sektor-sektor industri baru
              dan sedang berkembang, seperti penyuntingan video dan sebagainya. Saat ini industri digital
              merupakan yang paling pesat berkembang. Masalahnya, saat ini industri sedang lesu sehingga
              nyaris tidak bisa menyerap tenaga kerja.

              Mohammad Faisal berharap pemerintah mendorong kembali konsep link and match yang masih
              lemah  dengan  berbagai  pelatihan.  Dengan  demikian,  tenaga  kerja,  termasuk  dari  kalangan
              muda, bisa terserap lapangan kerja karena memiliki kemampuan yang dibutuhkan.

              Namun, Faisal menggariskan, dalam kondisi pandemi ini pemerintah harus mengambil langkah-
              langkah konkret dan realistis untuk mendorong pertumbuhan lapangan kerja. Mau tidak mau,
              dalam kondisi pandemi saat ini, pemerintah harus menciptakan banyak proyek atau program
              padat karya. Misalnya, Kementerian PUPR yang sudah menyalurkan program padat karya tunai
              (PKT) di desa untuk mendukung pembangunan infrastruktur. "Selain untuk infrastruktur, tujuan
              program itu sebenarnya untuk menyerap tenaga kerja lokal se-hingga masyarakat setempat
              bisa meraih penghasilan," katanya.

              Skema  lainnya,  lanjut  Faisal,  melalui  program dana  desa  dan  bantuan sosial  (bansos) yang
              diarahkan untuk menciptakan proyek-proyek yang bisa dikerjakan masyarakat setempat. "Bila
              pandemi  sudah  selesai  dan  ekonomi  sudah  mulai  pulih,  maka  pemerintah  bisa  mendorong
              kembali konsep link and match yang masih lemah dengan berbagai pelatihan,"katanya.

              Faisal menandaskan, program Kartu Prakerja secara teoretis merupakan program baik
              yang bertujuan membantu menjembatani masalah link and match antara lulusan sekolah dan
              industri.  Namun,  karena  banyak  bermasalah  dan  kondisi  pandemi  program  itu  tidak  cocok.
              "Sebab,  penganggurannya  bukan  karena  masalah  link  and  match,  tetapi  karena  pemutusan
              hubungan kerja (PHK),"ucapnya.
              Dia kemudian menuturkan banyaknya pengangguran dari kalangan usia muda dan produktif
              karena mereka minim pengalaman. Hal ini berbeda dengan kalangan tenaga kerja di atas 25
              tahun karena umumnya mereka sudah pernah bekerja atau memiliki pengalaman. Di sisi lain,
              demografi penduduk dengan usia di atas 25 tahun makin sedikit. Salah satu penyebab tingginya
              penganggur-anitu lantaran banyak anak saat ini sudah bisa mengenyam pendidikan sekolah.

              Pemicu lain yaitu umumnya kalangan muda usia 20 ke atas memiliki ekspektasi memperoleh
              pekerjaan formal dengan harapan penghasilan lebih baik dan stabil dibandingkan pekerjaan
              informal. Namun, persaingan di level itu justru semakin ketat. Kondisi itu berbeda dengan usia
              15-19 tahun yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan lulusan SD/SMP.

              M Rifki Fadilah, menilai pendidikan vokasi bisa menjembatani antara dunia pendidikan dan dunia
              industri. Dia pun mendorong SMK melakukan terobosan baru seperti melakukan sinergi dengan
              industri,termasuk menyusun kurikulum sesuai kebutuhan industri "Cara lainnya yaitu dengan
                                                            4
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10