Page 46 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 NOVEMBER 2021
P. 46

(PHI  dan  Jamsos)  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  Indah  Anggoro  Putri,  kemarin
              (18/11).
              Ia menegaskan, bahwa UM hanya berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari
              satu tahun pada perusahaan yang bersangkutan. Adapun bagi pekerja/buruh dengan masa kerja
              di atas 1 tahun, maka pengupahan yang berlaku dengan menggunakan struktur dan skala upah.

              Karenanya, kata dia, bagi perusahaan yang memberikan upah di bawah UM kepada pekerja
              dengan masa kerja di atas satu tahun, maka dapat dikenakan sanksi. Sanksinya bisa berupa
              pidana kurungan penjara maksimal 4 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 100 juta dan
              setinggi-tingginya Rp 400 juta.

              Agar pelanggaran ini tak terjadi, Putri mengungkapkan, bahwa pihaknya intensif berkoordinasi
              dengan  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  dan  Kamar  Dagang  dan  Industri  Indonesia
              (Kadin). Meski demikian, ia tetap meminta kepada masyarakat agar aktif melaporkan kepada
              pihaknya jika menemukan perusahaan yang membayar upah tidak sesuai dengan aturan yang
              berlaku.

              "Serikat pekerja/serikat buruh di setiap perusahaan juga dapat melaporkan jika masih terjadi
              pekerja yang sudah bekerja lebih dari satu tahun, tapi ternyata mendapatkan upahnya UM atau
              bahkan di bawah UM," papar Putri.
              Sementara itu, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) dirasa belum maksimal oleh legislator.
              Menurut anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS Netty Prasetiyani Aher, kenaikan UMP yang
              hanya 1,09 persen itu tidak memenuhi kebutuhan hidup layak untuk buruh.

              Jumlah kenaikan tersebut dinilai kecil meskipun diukur dari salah satu indikator penentuan upah,
              yakni sisi inflasi.

              "Tingkat  inflasi  tahunan  sampai  Oktober  2021  saja  sudah  1,66  persen,"  jelas  Netty  dalam
              keterangan tertulisnya Kamis (18/11).

              Netty  pun  menjelaskan  bahwa  meski  fraksinya  menolak  UU  Cipta  Kerja,  di  dalamnya  tetap
              memuat  indikator  penentuan  upah  yang  seharusnya  diperhatikan  dalam  penyusunan  UMP.
              Seperti  tingkat  daya  beli,  tingkat  penyerapan  tenaga  kerja,  hingga  median  upah.  Ia  lantas
              mempertanyakan metode atau formula yang digunakan pemerintah.

              "Jadi  bukan  hanya  soal  inflasi  dan  pertumbuhan  ekonomi  saja.  Saya  meminta  pemerintah
              mencarikan jalan keluar terbaik," lanjurnya. Netty mendorong pemerintah juga memperhatikan
              aspirasi para pekerja lewat aksi unjuk rasa sehubungan dengan kenaikan UMP. (mia/deb)























                                                           45
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51