Page 266 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 SEPTEMBER 2021
P. 266

Ida menjelaskan, saat ini jumlah pekerja informal jauh lebih banyak dibanding pekerja formal.
              Namun sayangnya kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan masih didominasi oleh pekerja formal.
              Padahal, menurut Ida, baik pekerja formal maupun informal, keduanya memiliki risiko kerja.
              Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 ini membuat setiap pekerja perlu mendapatkan jaminan
              sosial. "Para pekerja seperti guru honorer, guru ngaji, marbot masjid, pengemudi ojek online,
              nelayan, petani, mereka semua sangat rentan dalam melakukan pekerjaan, jadi ini penting untuk
              pemerintah  daerah  memberikan  pelindungan  sosial  baik  ke  depannya,"  kata  Ida,  Jumat,  17
              September 2021.

              Hal tersebut disampaikan Ida pada acara Sosialisasi Program BPJS Ketenagakerjaan bagi Pekerja
              Bukan Penerima Upah sekaligus memberikan secara simbolis santunan kepada keluarga pekerja
              kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di Cilegon, Banten.

              Ida saat itu sempat berdiskusi dengan salah satu keluarga penerima santunan sekaligus sebagai
              peserta BPJS Ketenagakerjaan yakni Ibu Mulyati, istri dari Syarifuddin yang telah meninggal.
              Putri Mulyati mendapat santunan berupa bantuan beasiswa pendidikan sampai lulus perguruan
              tinggi karena Syarifuddin terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

              Dengan  membayar  iuran  program  mulai  Rp  16.800  per  bulan,  kata  Ida,  pekerja  akan
              mendapatkan  perlindungan  Jaminan  Kecelakaan  Kerja  (JKK)  dan  Jaminan  Kematian  (JKm).
              Adapun manfaat JKK berupa pengobatan tanpa batas biaya, serta Jaminan Kematian (JKm) yang
              manfaatnya akan diterima ahli waris jika peserta meninggal dunia berupa santunan uang tunai.

              Ida  memaparkan,  jika  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan  meninggal,  maka  pendidikan  anaknya
              ditanggung sampai perguruan tinggi. "Kemudian yang di-cover tidak hanya 1 anak, tapi 2 anak.
              Itu  salah  satu  cara  kita  melahirkan  generasi-generasi  baru  yang  masa  depannya  sudah  kita
              pikirkan."









































                                                           265
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271