Page 81 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 FEBRUARI 2020
P. 81

Title          BURUH RAMAI-RAMAI TOLAK OMNIBUS LAW, PENGUSAHA INGATKAN SOAL
                              PRODUKTIFITAS
               Media Name     suara.com
               Pub. Date      24 Februari 2020
               Page/URL       https://www.suara.com/bisnis/2020/02/24/160155/buruh-ramai-ramai-tolak -omnibus-
                              law-pengusaha-ingatkan-soal-produktifitas
               Media Type     Pers Online
               Sentiment      Positive








               Serikat buruh memprotes pemerintah yang tak melibatkan mereka dalam penyusunan
               omnibus law Rancangan Undang-undang Cipta Kerja. Kalangan buruh menilai RUU ini hanya
               mementingkan kalangan pengusaha saja.

               Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani, menilai RUU
               Omnibus Law harus dilihat secara keseluruhan, RUU ini kata Rosan bukan hanya untuk
               pengusaha saja tetapi juga untuk kalangan buruh.

               "Kita ingin berusaha tumbuh secara baik dan berkualitas, yang ingin saya sampaikan jangan
               dibedakan bahan ini untuk kepentingan pengusaha, ini untuk kepentingan buruh, jangan
               dibedakan seperti itu. Karena visi misi kita semua sama. Pengusaha tanpa buruh juga tidak
               ada apa-apanya, buruh tanpa pengusaha juga sama," kata Rosan dalam acara Economic
               Forum di Kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (24/2/2020).

               Yang jelas, lanjut Rosan, pemerintah meminta agar klaster ketenagakerjaan dalam omnibus
               law dapat mengakomodasi kepentingan pengusaha dan pekerja, termasuk soal pesangon
               dan pengupahan.

               Selama ini kata Rosan soal upah, formulasi penghitungan pertumbuhan ekonomi dan inflasi
               sudah tidak sesuai lagi.

               "Disatu sisi kita kalau dari usaha yang kita tahu adalah kenaikan dari para pekera pasti,
               setiap tahun. Dulu ada formulanya, yaitu inflasi ditambah GDP nasional," katanya.

               "Tapi kita jarang sekali membicarakan produktifitas, mestinya yang terjadi di kita itu
               memang harusnya membayar para pengusaha ini sesuai dengan kemampuan dan
               produktifitasnya (pekerja)," tambah Rosan.


               Rosan pun menuturkan, jika di lihat dari data sekarang gap antara produktifitas, kenaikan
               produktifitas dan upah kerja itu makin melebar.

               Sehingga untuk mengatasi tersebut perlu adanya formulasi sistem pengupahan yang baru.
               Dalam RUU ini formulasi tersebut sedang di godok mekanismenya.

               "Oleh karena itu, kemudian yang ini juga kita sama-sama harus perbaiki karena ujungnya
               buat kami produktifitas jadi sangat penting. Kembali lagi saya sampaikan harus dilihat
               secara utuh, kalau kita hanya melihat persektor tidak menggambarkan omnibus law secara
               keseluruhan," pungkasnya.






                                                       Page 80 of 125.
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86