Page 183 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JUNI 2020
P. 183

Dugaan kerja paksa mengemuka setelah ditemukan adanya praktik tipu daya. Lalu, gaji yang
              tidak  dibayar,  kondisi  kerja  yang  tidak  layak,  ancaman  dan  intimidasi  yang  dirasakan  Andri
              Juniansyah dan Reynalfi.

              Staf  pengelola  Fisher  Centre  Bitung,  Laode  Hardiani  mengatakan,  korban  Andri  Juniansyah
              sebelumnya  direkrut  oleh  PT  Duta  Putra  Group lewat  agen/sponsor  penyalur  bernama  SYF.
              Andry dijanjikan akan dipekerjakan pada salah satu perusahaan di Korea dengan gaji Rp 25
              juta/bulan.
              Sebelum bekerja Andry dan Reynalfi harus membayar sejumlah atau 'ngecash' kepada SFY.
              "Mereka membayar masing masing sebesar Rp 40 Juta dan Rp 45 Juta," kata Laode Hardiani.

              Keduanya diduga merupakan korban sindikasi perdagangan orang. Praktik ini diduga melibatkan
              manning agent ilegal di dalam negeri dan jejaring internasional.

              1 dari 1 halaman  Diduga Ditipu  Andry dan Reynalfi diduga telah ditipu sejak awal perekrutan.
              Mereka diangkut dan pindahkan dari kapal LU QIANG YU 213 ke kapal LU QIAN YUAN YU 901
              yang melakukan operasi penangkapan ikan di Samudera Hindia.

              Selain itu, Berdasarkan hasil screening Fisher Centre Bitung terhadap aduan keluarga korban,
              diketahui Andri dan Reynalfi telah bekerja 5 bulan lalu. Selama itu pula keduanya tidak pernah
              menerima  gaji.  Padahal  dalam  dokumen  yang  diperoleh  oleh  Fisher  Centre  Bitung,  Andry
              Juniansyah seharusnya mendapatkan gaji sebesar USD 430/bulan.

              Sampai Juni 2020 sudah ada enam insiden dalam kurun waktu 8 bulan. Tercatat 30 orang awak
              kapal Indonesia menjadi korban kekerasan dalam bekerja di kapal ikan berbendera China.

              "Dengan rincian 7 orang meninggal, 3 orang hilang dan 20 orang selamat" kata Abdi.

              Atas banyaknya kejadian ini, DFW-Indonesia meminta pemerintah Indonesia untuk secepatnya
              melakukan moratorium pengiriman ABK ke luar negeri. Terutama yang bekerja di kapal ikan
              Cina baik legal maupun ilegal.


              Aparat penegak hukum Indonesia juga diminta untuk melakukan upaya dan tindakan penegakan
              hukum kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam tindak
              pidana perdagangan orang dan pelanggaran ketenagakerjaan lainnya.

              "Tindakan hukum yang tegas perlu dilakukan kepada mereka yang terlibat dalam praktik yang
              tidak berperikemanusiaan ini" kata Abdi mengakhiri.

              [idr].






















                                                           182
   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188