Page 87 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2021
P. 87

"Ada 981 PMI yang meninggal, kita tangani kepulangan jenazahnya hingga diantar ke keluarga.
              Dalam  dua  tahun  terakhir,  ada  1.316  PMI  yang  sakit  dan  kita  tangani  kepulangannya,
              penyembuhannya  hingga  pulang  ke  kampung  halamannya.  Dalam  dua  tahun  terakhir,  ada
              62.488  PMI  yang  mengalami  kendala  hukum  sehingga  harus  dideportasi  dan  kita  layani
              kedatangannya dan kita pastikan tiba dengan selamat di daerah asalnya," kata Benny.

              Benny menilai bahwa kasus-kasus ini diindikasi akibat ulah sindikat menempatkan mereka secara
              ilegal. Dia juga menilai bila praktik tersebut sudah bersifat Extraordinary crime dan bukan hanya
              sekedar  tindak  pidana  penjualan  orang  (TPPO)  namun  tindak  pidana  lainnya  yang  disinyalir
              melibatkan oknum dari berbagai instansi.

              Oleh karena itu, kata Benny, perlu penanganan yang komprehensif guna memberantas mafia
              atau sindikat penempatan PMI secara ilegal.

              "Perlu penanganan yang luar biasa, pendekatan yang bersifat multidoors, pengenaan TPPO juga
              Tindak Pidana Korporasi dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Harus dicari otak pelaku
              agar menimbulkan efek jera. Ini adalah Kejahatan yang dilakukan secara sistematis, terorganisir,
              dan melibatkan banyak pihak," tuturnya.

              "Saya bermimpi suatu saat memenjarakan ke sel penjara yang tersedia mereka yang disebut
              sindikat, mafia serta menyita dan merampas semua harta kekayaan dari bisnis kotor penempatan
              ilegal," kata Benny menambahkan.

              Benny menuturkan praktik jual beli anak bangsa atas nama pekerja migran ini sudah berlangsung
              lama. Para sindikat dan mafia mengambil keuntungan besar dari bisnis ini.

              "Mereka seolah tidak bisa disentuh hukum negara. Dan berbagai bentuk eksploitasi kekerasan
              fisik, kekerasan secara seksual, gaji yang tidak dibayar semestinya, pemutusan hubungan kerja
              secara sepihak dan pelarungan atau pembuangan ke tengah laut, mayat para pelaut kita korban
              kekerasan  di  atas  kapal,  akan  menambah  daftar  panjang  nasib  pekerja  migran  Indonesia,"
              katanya.

              Dia  menegaskan  para  mafia  dan  sindikat  penempatan  PMI  ilegal  dianggap  sebagai  musuh
              negara. Dia pun mengajak semua pihak untuk sama-sama memerangi sindikat tersebut.

              "Musuh kita sudah jelas siapa. Mereka adalah para sindikat dan mafia penempatan ilegal yang
              kadang dibekingi oknum-oknum yang memiliki atributif-atributif kekuasaan-kekuasaan. Jika kita
              sepakat, bahwa perdagangan orang, perbudakan modern itu adalah tindakan kejahatan, maka
              saatnya kita harus berani mengambil posisi untuk menghentikannya," ujarnya.

              Dalam upaya penerangan sindikat ilegal ini, BP2MI membentuk satgas internal pemberantasan
              sindikat  penempatan  ilegal.  Menurut  Benny,  pihaknya  sudah  mendapat  restu  dari  Presiden
              Jokowi.

              "Ini menjadi titik start yang baik, yang akan menjawab semua harapan sekaligus mewujudkan
              tekad  dan  komitmen  kita  untuk  memberikan  perlindungan  kepada  PMI.  Perintah  Presiden
              melindungi PMI dari ujung rambut sampai ujung kaki," kata Benny.

              "Kita boleh bangga, dengan Rp 159,6 triliun sebagai devisa yang selalu disumbangkan setiap
              tahun oleh PMI kepada negara kita dan mereka jadi kelompok penyumbang kedua devisa bagi
              negara  ini,  tapi  di  satu  sisi  kebanggaan  ini  harus  juga  dibarengi  dengan  rasa  hormat  dan
              perlakuan  negara  yang  layak  kepada  PMI  dan  keluarganya,  sehingga  berbagai  fasilitas
              menjadikan  mereka  sebagai  VVIP  di  negara  ini,  ini  menjadi  komitmen  kami,"  ujar  Benny
              menambahkan.



                                                           86
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92