Page 89 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 MARET 2021
P. 89

bersumber dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan
              Kesempatan Kerja (Binapenta & PKK) Kemenaker, senilai 2,1 miliar.
              Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Purwokerto Sunarwan, Rabu (17/3/2021) saat ditemui seusai
              Groundbreaking  Pembangunan  Perumahan  Adyaksa  di  Desa  Karanggintung,  Kecamatan
              Sumbang, Banyumas, menjelaskan pihaknya telah menetapkan dua tersangka terkait dugaan
              korupsi dana bantuan JPS dari Kemenaker.

              "Dua tersangka itu adalah MT dan AM warga Cilongok. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka
              setelah kami melakukan ekspos internal pada kemarin sore," kata Sunarwan. Selain menetapkan
              kedua tersangka tim penyidik juga kembali menyita barang bukti berupa uang tunai dari kedua
              tersangka.

              Menurutnya jika sebelumnya tim penyidik menaksir kerugian negara mencapai Rp1,9 miliar, kini
              telah menjadi Rp 2,1 miliar. "Sebelumnya, dari tangan tersangka, penyidik menyita sebanyak Rp
              470 juta. Kemudian penyidik kembali menyita Rp 200 juta. Dari jumlah tersebut, Rp 160 juta di
              antaranya disita dari AM dan Rp40 juta dari MT," ungkapnya.

              Ia menambahkan dana bantuan terhadap warga terdampak Covid-19 yang seharusnya diberikan
              untuk kepada 48 kelompok tani dengan masing-masing kelompok mendapat bantuan Rp 40 juta,
              diduga diselewengkan.
              Dari hasil pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi-saksi lainnya, bantuan yang seharusnya
              diterima  48  kelompok  itu  malah  diselewengkan,  untuk  pembangunan  greenhouse  melon.
              Sebetulnya konsep bantuan dari untuk jaring pengaman sosial dari Ditjen Binapenta & PKK sudah
              bagus. Sebab, rekening dibuatkan oleh pusat setelah kelompok mengajukan proposal bantuan.

              Selanjutnya  kelompok-kelompok  yang  dibentuk  di  antaranya  adalah  budidaya  durian,  ketela
              pohon dan lainnya. Namun begitu kelompok terbentuk dan mengajukan bantuan dana, maka
              bantuan langsung masuk rekening kelompok. Tetapi, begitu uang cair, ketua kelompok diminta
              untuk mencairkan dananya. Setelah itu diminta oleh tersangka ke AM.

              Pencarian sudah dimulai sejak 1 Desember 2020 lalu. Tetapi sesudah dicairkan dan diserahkan
              ke AM, ternyata sampai sekarang kelompok tidak menerima. Sehingga tidak ada kegiatan sama
              sekali.  Kejari  akan  menjerat  para  tersangkan  nantinya  dengan  UU  Tindak  Pidana  Korupsi
              (Tipikor).

              Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jawa Tengah (Jateng) Priyanto saat ditemui di Purwokerto,
              menambahkan pihaknya sudah melakukan pencegahan-pencegahan. Namun upaya itu sudah
              tidak diindahkan, maka dilaksanakan penindakan. Penindakan yang dilakukan contohnya yang
              dilaksanakan oleh Kejari Purwokerto ini. " Karena ternyata bantuan kepada kelompok-kelompok
              tani disalahgunakan," ungkapnya.

              Saat ini Kejati Jawa Tengah juga melakukan pengumpulan data mengenai pelaksanaan e-warung
              dan Program Keluarga Harapan (PKH). Ia meminta pelaksanaan harus sesuai aturan. Bahkan ia
              meminta jika ada informasi penyelewenangan, laporkanlah. Karena masyarakat yang menerima
              bantuan, mereka ingin bahagia. (Dri).













                                                           88
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94