Page 160 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 SEPTEMBER 2021
P. 160
4 ISU KETENAGAKERJAAN RI AKAN DIBAWA KE FORUM G20 TAHUN 2022
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan menyodorkan empat isu prioritas
untuk diusung Presidensi Indonesia di ajang G20 tahun 2022 untuk bidang ketenagakerjaan.
Pertama, Sustainable Job Creation Towards Changing World of Work (Penciptaan Lapangan Kerja
yang Berkelanjutan dalam Menghadapi Perubahan Dunia Kerja).
Kedua, Inclusive Labour Market and Job Quotas for people with Disabilities (Pasar Tenaga Kerja
Inklusif dan Kuota Kerja bagi Penyandang Disabilitas). Ketiga Human Capacity Development for
Sustainable Growth of Productivity (Pengembangan Kapasitas Manusia untuk Pertumbuhan
Produktivitas yang Berkelanjutan).
Lalu keempat ialah Adaptive Labour Protection in the Changing World of Work (Perlindungan
Tenaga Kerja Adaptif terhadap Perubahan Dunia Kerja). Keempat isu itu sesuai dengan tajuk
yang diusung G20, yaitu Improving the Employment Condition to Recover Together
(Memperbaiki Kondisi Ketenagakerjaan untuk Kembali Pulih Bersama).
"Kita semua sudah melalui banyak diskusi dalam rangka kurasi, pengayaan, dan pemantapan
keempat isu tersebut untuk bisa sampai ke hari ini," ujar Skretaris Jenderal Kementerian
Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi dalam keterangan tertulis, Rabu (1/8/2021).
Saat membuka Rapat Koordinasi Pembahasan Substansi Persiapan Pertemuan Kelompok Kerja
Bidang Ketenagakerjaan G20 Presidensi Indonesia 2022 di Jakarta, Selasa (31/8/) Anwar Sanusi
menambahkan sejalan empat isu prioritas tersebut, maka diperlukan pendekatan dan sasaran
kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan pasar kerja yang berkelanjutan dan inklusif,
meningkatkan kompetensi dan keterampilan angkatan kerja, serta memastikan perlindungan
yang adaptif bagi semua pekerja di masa pemulihan dan era otomatisasi.
"Pendekatan lainnya yakni meningkatkan aksi kolektif global dalam rangka pemulihan sektor
ketenagakerjaan akibat pandemi," ujar Anwar Sanusi Menurut Anwar Sanusi, pandemi COVID-
19 telah mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan secara global. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan kehilangan jam kerja sebesar 8,8 persen atau setara dengan 225 juta pekerjaan
penuh waktu.
"ILO memperkirakan bahwa pengangguran global meningkat sebesar 33 juta dan tingkat
pengangguran meningkat sebesar 1,1 persen," katanya.
Tantangan besar lainnya, lanjut Anwar Sanusi, adalah perubahan pasar tenaga kerja karena
revolusi industri dan transformasi teknologi. Banyak ahli melihat pandemi COVID-19 telah secara
masif mempercepat proses otomatisasi melalui transisi digital dan penyesuaian terhadap proses
produksi.
"Ekonomi digital memperlebar proporsi tenaga kerja informal, yang perlu perhatian terhadap
pemenuhan standar dan norma kerja layak (decent work)," katanya.
Di sisi lain, kondisi kerja penyandang disabilitas juga menjadi perhatian besar. Berdasarkan data
WHO dan World Bank Report on Disability tahun 2011, lebih dari 15 persen dari total populasi
global atau setara dengan 1 miliar orang hidup dengan disabilitas, dan 3 persennya adalah orang-
orang yang menyandang disabilitas cukup serius.
Anwar Sanusi mengungkapkan jumlah yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa masalah ini
membutuhkan perhatian kita bersama untuk memberikan mereka akses peningkatan
keterampilan dan akses pasar tenaga kerja yang lebih luas, serta perlindungan yang memadai
di tempat kerja, sehingga penyandang disabilitas memiliki daya saing dan produktivitas yang
setara di pasar kerja lokal maupun global.
159