Page 50 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 SEPTEMBER 2021
P. 50

KEMNAKER : ZERO TOLERANCE FOR HARASSMENT

              Demi  mewujudkan  kenyamanan  bekerja  bagi  perempuan  tanpa  diskriminasi,  kekerasan,  dan
              pelecehan seksual di tempat kerja, Kementerian Ketenagakerjaan mendorong dunia usaha dan
              industri untuk memberikan komitmen yang kuat dalam menjaga kelangsungan hubungan kerja
              yang harmonis dan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja.

              Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
              Kemnaker, Indah Anggoro Putri, dalam pembukaan Dialog Kesetaraan Upah dan Perlindungan
              Hak-Hak Lainnya Bagi Pekerja Perempuan di Tempat Kerja di Jakarta.

              "Kekerasan dan pelecehan seksual di tempat kerja dapat menimpa siapa saja dan merugikan
              semua pihak. Bagi pekerja mengakibatkan turunnya kinerja yang mempengaruhi produktivitas
              kerja, sehingga dapat berdampak pada kelangsungan usaha bagi pengusaha," ungkap Dirjen
              Putri.

              Hadir  dalam  Acara  Dialog  Kesetaraan  Upah  dan  Perlindungan  Hak-Hak Lainnya  Bagi  Pekerja
              Perempuan di Tempat Kerja antara lain Staf Khusus Menaker Dita Indah Sari, Asisten Deputi
              Perlindungan Hak Perempuan Pekerja dan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Rafail Walangitan,
              Direktur Hubungan Kerja dan Pengupahan, Dinar Titus Jogaswitani, Pakar Pengupahan, Komnas
              Perempuan, LBH APIK, Serikat dan Federasi Pekerja Perempuan.
              Dialog ini membahas strategi menciptakan Zero Tolerance for Harassment di dunia kerja. Adanya
              perbedaan relasi kekuasaan antarabawahan dan atasan, kerap menimbulkan kasus kekerasan
              dan  pelecehan  di  dunia  kerja.  Mirisnya,  perempuan  menjadi  kelompok  yang  rentan  menjadi
              korban.

              Dirjen Putri mengatakan, Kemnaker di bawah kepemimpinan Menaker Ida Fauziyah menaruh
              perhatian  yang  besar  terhadap  peningkatan  pelindungan  hak-hak  bekerja  bagi  pekerja
              perempuan.  Hal  ini  mengingat  masih  terjadinya  diskriminasi  pekerja  perempuan  dalam
              hubungan kerja, yang membuat hubungan Industrial yang tidak kondusif.

              "Dalam rangka peningkatan pelindungan dan perhatian hak-hak bekerja bagi perempuan Ditjen
              PHI dan Jamsos, menyelenggarakan Dialog Kesetaraan Upah dan perlindungan hak-hak lainnya
              bagi pekerja perempuan di tempat kerja," kata Dirjen Putri.
              Hal  ini  menurutnya  akan  berpengaruh  pada  tingkat  capaian  kesejahteraan  pekerja  dan
              keluarganya. Oleh karena itu, perlu adanya kepedulian bersama demi mewujudkan kenyamanan
              bekerja melalui pencegahan kekerasan dan pelecehan seksual di tempat kerja, khususnya bagi
              pekerja perempuan.

              Pelaksanaan pelindungan bagi pekerja perempuan di tempat kerja perlu dilakukan pengawasan
              dari  Pemerintah.  Sebab,  menurut  Dirjen  Putri,  masih  terdapat  pemberian  hak-hak  pekerja
              perempuan  yang  tidak  sama  dengan  pekerja  laki-laki,  meskipun  mempunyai  tanggungjawab
              yang sama seperti hak cuti, tunjangan keluarga, fasilitas ataupun jaminan sosial yang berbeda.

              "Undang-undang  telah  menegaskan  bahwa  setiap  pekerja  dilindungi  hak-haknya  atas
              keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan
              harkat dan martabat manusia," jelasnya.
              Selain instrumen dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menekan angka
              kekerasan seksual terhadap pekerja perempuan, Staf Ahli Kementerian Ketenagakerjaan, Dita
              Indah  sari,  mendorong  agar  Surat  Edaran  Menteri  Tenaga  Kerja  dan  Transmigrasi  No.
              SE.03/MEN/IV/2011 tentang Pedoman Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja untuk
              dinaikkan menjadi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan agar lebih kuat.

                                                           49
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55