Page 115 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 NOVEMBER 2021
P. 115

DINILAI TIDAK ADIL, ANIES KIRIM SURAT KE MENAKER

              Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengirimkan surat kepada Menteri Ketenagakerjaan
              (Menaker) Ida Fauziyah dengan tujuan meninjau kembali formula penetapan upah minumun
              provinsi  (UMP)  tahun  2022.  Anies  menilai  formula  yang  diatur  dalam  Peraturan  Pemerintah
              Nomor  36  Tahun  2021  tentang  Pengupahan  tidak  adil  dan  tidak  sesuai  dengan  kondisi  di
              lapangan.

              Surat bernomor 533/-085.15 dikirim Anies pada 22 November 2021, usai menetapkan UMP 2022
              pada 21 November 2021 lalu.

              “Dengan homat kami mengusulkan dan mengharapkan kepada lbu Menteri untuk dapat meninjau
              kembali  fomula  penetapan  Upah  Minimum  Provinsi  sebagaimana  diatur  dalam  Peraturan
              Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan agar dapat memenuhi asas keadilan
              dan hubungan industrial yang harmonis, sehingga kesejahteraan pekerja/buruh dapat terwujud,”
              tulis Anies dalam surat tersebut.
              Dalam  surat  tersebut,  Anies  mengatakan  pihaknya  diwajibkan  untuk  menetapkan  UMP  2022
              sesuai dengan formula PP Nomor 36 Tahun 2021 (Keputusan Gubenur Nomor 1395 Tahun 2021
              tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2022) dan diharuskan untuk menetapkan/mengumumkan
              sebelum tanggal 21 November 2021. Jika tidak, kata Anies, Pemprov DKI akan mendapatkan
              sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 81 PP 36 Tahun 2021 tersebut.

              “Di sisi lain, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melihat ada ketidaksesuaian dan tidak terpenuhinya
              rasa  keadilan  antara  formula  penetapan  UMP  dari  Kementerian  Ketenagakerjaan  Republik
              Indonesia dengan kondisi senyatanya di lapangan,” ungkap Anies.

              Berdasarkan fomula dari PP Nomor 36 Tahun 2021, kata Anies, kenaikan UMP di DKI Jakarta
              Tahun 2022 hanya sebesar Rp 37.749 (0,85%) menjadi Rp 4.453.935 per bulan. Menurut Anies,
              kenaikan yang hanya sebesar Rp 38.000 ini dirasa amat jauh dari layak dan tidak memenuhi
              asas keadilan, mengingat peningkatan kebutuhan hidup pekerja/buruh terlihat dari Inflasi di DKI
              Jakarta yaitu sebesar 1,14%.

              Sebagai  infomasi,  dalam  kurun  waktu  6  tahun  terakhir  rata-rata  kenaikan  UMP  DKI  Jakarta
              adalah sebesar 8,6% (2016: 14,8%, 2017: 8,2%, 2018: 8,7%, 2019: 8,0%, 2020: 8,5%, 2021:
              3,2%).

              “Selain itu, terdapat dinamika pertumbuhan ekonomi yang tidak semua sektor sektor lapangan
              usaha pada masa pandemi Covid-19 mengalami penurunan. Sebagian sektor bahkan mengalami
              peningkatan  misalnya,  sektor  transportasi  dan  pergudangan,  informasi  dan  komunikasi,  jasa
              keuangan,  jasa  kesehatan  dan  kegiatan  sosial  (Rilis  BPS  DKI  Jakarta  Pertumbuhan  Ekonomi
              Triwulan 3 Tahun 2021),” tutur Anies.

              Lebih lanjut, Anies mengatakan, mengingat Provinsi DKI Jakarta adalah merupakan satu-satunya
              provinsi yang tidak memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota sehingga Upah Minimum Provinsi
              menjadi ketetapan final yang berlaku di semua wilayah kota/kabupaten.

              “Sementara  belum  ada formula  penetapan  UMP  yang  baru,  Pemerintah  Provinsi  DKI  Jakarta
              sedang melakukan kaji ulang penghitungan UMP tahun 2022 dan pembahasan kembali dengan
              semua stakeholder untuk menyempurnakan dan merevisi Keputusan Gubernur dimaksud agar
              prinsip keadilan bisa dirasakan,” pungkas Anies.





                                                           114
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120