Page 180 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 NOVEMBER 2021
P. 180

tersebut telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang matang. Dia menilai Anies merupakan
              Gubernur yang sering lepas tangan dan melempar masalah untuk kepentingan politik.
              "Gubernur doyan lepas tangan seperti ini cocoknya jadi tukang olah di terminal," kata Ferdinand
              pada Senin (29/11/2021).

              Ferdinand yakin Anies paham tentang penentuan formula UMP tersebut, namun Gubernur DKI
              Jakarta itu dinilai mau menipu buruh agar seolah UMP bukan merupakan urusan pemerintdah
              daerah melainkan urusan pemerintah pusat.

              "Gubernur Terbodoh versi Google melempar masalah upah ke Pusat," jelas dia.

              "Buruh pun tepuk tangan dikadali," tambah dia.

              Sebelumnya,  Gubernur  DKI  Jakarta  Anies  Baswedan  menyambangi  ratusan  massa  buruh
              pengunjuk rasa di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Senin, terkait penetapan Upah Minimum
              Provinsi (UMP) 2022. Di depan buruh dia pun menjelaskan mengenai kondisi penetapan UMP
              "Teman-teman, kami memahami dan kami saat ini sedang bersama-sama memperjuangkan agar
              UMP di Jakarta naik lebih tinggi daripada formula yang ada sekarang," kata Anies.

              Anies menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengusulkan kepada Menteri Ketenagakerjaan Ida
              Fauziah untuk meninjau ulang formula penetapan UMP 2022. Menurut Anies, formula penetapan
              UMP tidak sesuai diterapkan di Provinsi DKI Jakarta, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah
              Nomor 36 Tahun 2021.
              "Formula ini kalau diterapkan di Jakarta tidak sesuai. Oleh karena itu, kita mengirimkan surat
              formulanya harus memberikan rasa keadilan. Jadi, itu sudah kami kirimkan dan sekarang kita
              sedang fase pembahasan," kata dia.

              Berdasarkan formula dari Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021, kenaikan UMP di DKI
              Jakarta tahun 2022 hanya sebesar Rp37.749 atau 0,85 persen menjadi Rp4.453.935 per bulan.
              Kenaikan yang hanya sebesar Rp38 ribu itu dirasa amat jauh dari layak dan tidak memenuhi
              asas keadilan, mengingat peningkatan kebutuhan hidup pekerja atau buruh terlihat dari inflasi
              di DKI Jakarta yaitu sebesar 1,14 persen.


































                                                           179
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185