Page 230 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 JANUARI 2022
P. 230

Khususnya  dari  sektor  konsumsi  masyarakat,  mengingat  65  persen  perekonomian  Indonesia
              ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
              "Ini  sudah  berpeluang  besar  untuk  mendongkrak  pertumbuhan  ekonomi,  termasuk  sinyal
              perbaikan  ekonomi  di  DKI  Jakarta  maupun  secara  nasional.  Setidaknya  bisa  memberikan
              perbaikan ekonomi yang lebih baik" kata dia.

              Meski begitu Rizal tidak menutup mata, kenaikan UMP yang diumumkan menjelang akhir tahun
              ini cukup membuat para pengusaha keberatan.

              Dia menilai keberatan tersebut hanya sebagai respon dari pengusaha yang sudah menyusun
              penganggaran sebelum akhir tahun.

              Terlebih kata dia, tidak semua sektor telah mengalami pemulihan bisnis yang sama, sehingga
              menimbulkan gejolak dari kalangan pengusaha.
              "Ini akhir tahun yang biasanya pengusaha ini sudah mempersiapkan dan melihat kinerja selama
              ini. Ada juga pengusaha yang belum fit atau sehat dari sisi bisnisnya," pungkasnya.

              Dewan Pimpinan Provinsi Asosiasi Pengusaha Indonesia (DPP Apindo) DKI Jakarta sendiri telah
              menyampaikan  keberatan  mereka  atas  terbitnya  Keputusan  Gubernur  (Kepgub)  DKI  Jakarta
              Nomor 1517 Tahun 2021 tentang UMP DKI Jakarta 2022.

              Wakil  Ketua  Dewan  Pimpinan  Provinsi  (DPP)  Apindo  DKI  Jakarta,  Nurjaman  menegaskan,
              pihaknya  memiliki  beberapa  alasan  terkait  rasa  keberatan  pada  regulasi  tersebut.  Pertama
              adalah bahwa kebijakan tersebut dinilai tidak sesuai dengan regulasi yang sebenarnya.

              "Tidak  sesuai  dengan  aturan  yang  semestinya,  karena  dalam  SK  Gubernur  tersebut  tidak
              mencantumkan  konsiderans  mengenai  PP  Nomor  36  tahun  2021,"  kata  Nurjaman  melalui
              konferensi pers virtual, Kamis (30/12/21).

              Nurjaman menegaskan bahwa akibat dari hal tersebut, pihak dunia usaha pun mempertanyakan
              apa  yang  menjadi  pertimbangan  hukum  atas  upah  minimum  DKI  Jakarta  di  SK  Gub  Nomor
              1517/2021 itu.

              Selanjutnya, sambung Nurjaman, adalah bahwa SK Gubernur Nomor 1517/2021 itu jelas tidak
              sejalan dengan rekomendasi Dewan Pengupahan DKI Jakarta, berdasarkan hasil sidang tanggal
              15 November 2021 yang bertempat di Kantor Balai Kota DKI Jakarta.

              Pada sidang yang dihadiri kalangan pengusaha , wakil dari beberapa Serikat Pekerja dan Serikat
              Buruh serta unsur pemerintah, memastikan bahwa pemerintah dan dunia usaha sudah sepakat
              untuk mematuhi dan mempergunakan aturan formula upah minimum DKI Jakarta untuk Tahun
              2022, dengan memakai formula sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun
              2021.

              "Artinya kalau ditarik kesimpulan dari dua hal tadi dengan SK Gubernur yang sekarang, itu sangat
              jauh berbeda. Yang pertama jelas konsiderans-nya mengacu pada PP Nomor 36/2021 karena
              ada aturan dan perintah dari PP tersebut. Tapi sekarang, kalau kami lihat hal itu tidak melihat
              pada SK Gubernur tersebut. Alasannya kami tidak tahu, mungkin bisa ditanya kepada pemerintah
              DKI Jakarta," pungkas Nurjaman.

              Apresiasi  muncul  dari  ekonom  Universitas  Indonesia  (UI)  Ninasapti  Triaswati  atas  kebijakan
              Gubernur DKI Jakarta itu sebagai upaya keberpihakan terhadap para pekerja.

              Nina menyebut langkah Anies merupakan hal yang wajar tatkala menggunakan asumsi tertinggi
              dari kementerian atau lembaga pemerintah pusat sebagai indikator menetapkan besaran UMP.


                                                           229
   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235