Page 328 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 NOVEMBER 2021
P. 328

UMP BENGKULU 2022 TERKECIL, AIZAN NILAI CACAT SECARA ADMINITRATIF

              Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Provinsi Bengkulu, Aizan Dahlan
              menilai, Provinsi Bengkulu sebagai salah satu daerah termiskin, terutama di Pulau Sumatera
              merupakan suatu kewajaran.

              Mengingat, jika dilihat dari sisi Upah Minimum Provinsi (UMP) saja, Provinsi Bengkulu termasuk
              daerah yang nilainya saat ini masih terbilang kecil.

              Apalagi sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Bengkulu No D.453 DKKTRANS Tahun
              2022 tertanggal 19 November 2021, UMP Bengkulu tahun depan ditetapkan Rp 2.238.094,031
              per bulan yang bearti naik sekitar 1,04 persen dibanding UMP tahun ini.

              "Nilai itu diluar harapan pekerja karena kenaikannya masih terbilang kecil, sementara saat ini
              kebutuhan meningkat. Kemudian kalau kita lihat dari sisi pertumbuhan ekonomi daerah yang
              terus disebutkan tumbuh, kenaikan UMP itu tentu saja tidak seiring sejalan," terang Aizan, Rabu,
              (24/11/2021).

              Menurut Aizan, walaupun dari sisi persentase, kenaikan UMP Bengkulu cukup tinggi dibandingkan
              daerah  lain,  tapi  faktanya  UMP  Bengkulu  masih  terendah  dibanding  provinsi  lain  di  pulau
              Sumatera.  Terlebih  jika  dibandingkan  saja  dengan  Jambi,  tahun  depan  UMP  mereka  berada
              diangka Rp 2.649.034,24 per bulan.

              "Jadi wajar, jika stempel yang menyebutkan Bengkulu merupakan salah satu provinsi termiskin
              di  Sumatera.  Bagaimana  tidak,  dari  sisi  upah  saja  masih  lemah.  Maka  dari  itu  seharusnya
              Gubernur Bengkulu sebelum menetapkan UMP, idealnya rekomendasi dari Dewan Pengupahan
              itu dievaluasi terlebih dahulu," sesalnya.

              Selain itu Aizan menerangkan, terkait rekomendasi UMP sebelum ditetapkan, pihaknya selaku
              KSPSI tidak hadir dalam rapat pembahasan bersama Dewan Pengupahan. "KSPSI ini salah satu
              unsur yang tergabung dalam Dewan Pengupahan. Ketidakhadiran kita dalam rapat itu bentuk
              sebuah protes terhadap persentase kenaikan UMP," terangnya.

              Lebih  jauh  ditambahkan,  seharusnya  dapat  itu  ditunda  atau  diskor.  Sayangnya  malah  tetap
              dilanjutkan  tanpa  melibatkan  pihaknya.  Fakta  ini  juga  menjadi  salah  satu  poin  jika  evaluasi
              Gubernur terkait penetapan UMP bermasalah secara administratif.

              "Penetapan itu juga terkesan tidak melalui pengawasan secara ketat terhadap Kebutuhan Hidup
              Layak (KHL)," pungkas Aizan.
























                                                           327
   323   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333