Page 14 - BAB 3
P. 14
warga negaranya yang baru lahir tidak terputus selama orang tuanya
masih tetap menganut kewarganegaraan dari negara asalnya.
Namun demikian, dalam praktik, ada negara yang justru
menganut keduanya, karena pertimbangan lebih menguntungkan bagi
kepentingan negara yang bersangkutan. Misalnya India dan Pakistan
termasuk negara yang sangat menikmati kebijakan yang mereka
terapkan dengan sistem dwi kewarganegaraan. Sistem yang terakhir
inilah yang biasa dinamakan sebagai asas campuran. Asas yang bersifat
campuran, sehingga dapat menyebabkan terjadinya apatride (tanpa
kewarganegaraan) atau bipatride (kewarganegaraan ganda). Dalam
hal demikian, yang ditoleransi biasanya adalah keadaan bipatride, yaitu
keadaan dwi kewarganegaraan (Arif, 2014: 57).
Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga di lihat dari
sisi perkawinan yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum
dan persamaan derajat. Asas kesatuan dan kesamaan hukum itu
berdasarkan pada paradigma bahwa suami istri ataupun ikatan
keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana
sejahtera, sehat dan tidak terpecah. Jadi suami istri atau keluarga yang
baik dalam menyelengggarakan dalam kehidupan bermasyarakatnya
harus mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat. Dan untuk
merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami istri,
maka semuanya harus tunduk pada hukum yang sama.
Asas persamaan derajat menyebutkan suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing.
Jadi, baik suami atau istri dengan kewarganegaraan yang aslinya. Sama
seperti sebelum mereka dikaitkan oleh pernikahan dan
WARGA NEGARA 56