Page 207 - Favor Of God (E-Book)
P. 207
kepada saya kelak? Karena latar belakang jurusan saya adalah
IPS. maka terbatas juga pilihan jurusan yang akan saya ambil di
perguruan tinggi. Dan saya hanya bisa memilih jurusan Sosial
Semua kekhawatiran yang berkembang serta terus ada, selalu
berkaitan dengan bagaimana pemenuhan kehidupan secara materi
dimasa depan. Penentuan akan masa depan saya ternyata lebih
dipengaruhi oleh pengalaman hidup dari keluarga yang berada pada
tingkat perekonomian yang sulit. Dengan latar belakang keluarga
yang sangat sulit dalam pemenuhan pangan. Saya masih ingat
bahwa sejak kecil untuk bisa makan sekali sehari saja, sudah susah
sekali sehingga orang tua setiap kali bisa masak nasi di pagi hari,
maka mami saya akan mengambil air rebusan beras (tajin) sebagai
sarapan untuk kami sekeluarga. Kemudian untuk makan, hanya
dengan kerupuk saja tanpa ada lauk apapun sudah merupakan
suatu kemewahan bagi kami. Sehingga tidak pernah terpikirkan
sama sekali untuk bercita cita mengambil bagian di dalam pekerjaan
Tuhan apakah dengan penuh waktu ataupun dengan cara yang
berbeda. Selain itu konsep bahwa menjadi hamba Tuhan tentu tidak
akan dapat memenuhi kehidupan yang berkecukupan.
Bahkan pada masa kuliah pun masih tetap menghadapi kesulitan
keuangan, meskipun dapat berkuliah dengan cara beasiswa, tetapi
untuk makan masih harus bergumul. Meskipun pada masa itu
ongkos untuk bis ke kampus dan makan hanya lima puluh rupiah
tetapi karena kesulitan keuangan makannya hanya satu kali saja
sehari. Hingga suatu kali dideteksi kekurangan gizi.
Tetapi dibalik semua kesulitan ini justru membuat saya kuat dan
berjuang seperti yang disampaikan oleh Solomon, Soo Meng & Yun
Chin, 1999 yang mengatakan bahwa kecemasan/kekhawatiran serta
ketakutan yang ekstrim memang akan menghambat performance,
tetapi justru akan menjadi konstruktif jika ditangani secara tepat. 45
45 Soo Meng Salomon, The Hurting Heart, Overcoming Emotional Distress.
Favor of God 199