Page 86 - Favor Of God (E-Book)
P. 86
tempat tinggal kami roboh dan tidak layak untuk dihuni kembali
akibat kedahsyatan guncangan gempa pada saat itu, semua barang-
barang di dalam rumah termasuk seragam dan buku sekolah rusak
dan tidak layak digunakan lagi, saya hanya menangis melihat kejadian
ini dan berpikir bahwa ini sudah akhir dari segalanya. Saya beserta
dengan saudara-saudara harus mengungsi ke tenda dan tinggal di
sana selama beberapa bulan sebelum rumah kami diperbaiki kembali.
Bencana alam yang memporakporandakan daerah saya membuat
segala sesuatu menjadi mahal termasuk kebutuhan pokok sehari-
hari, karena minimnya bantuan yang diterima memaksa kami untuk
bertahan hidup dengan mengonsumsi makanan seadanya hasil dari
kebun. Pada saat itu saya sempat berkata bahwa sepertinya Tuhan
tidak adil, mengapa saya harus menghadapi persoalan bertubi-tubi,
mengapa ketika saya sudah mulai bangkit tetapi persoalan datang
silih berganti. Beranjak dari peristiwa ini saya menjadi orang yang
apatis akan adanya Tuhan dan saya pada akhirnya memutuskan
untuk berhenti pergi ke gereja dan lebih memilih pergi bermain
dengan teman-teman saya. Pada saat itu saya mulai mencicipi alkohol
dan rokok dan sering pulang ke rumah hingga larut malam.
Beberapa bulan setelah bencana alam terjadi keadaan sudah
mulai kondusif, petani-petani sudah mulai mengelola lahan-lahan
pertanian dan menanam berbagai jenis tanaman yang produktif.
Saya membantu kakak saya dalam mengelola kebun dan hasilnya
kami bawa ke pasar untuk dijual, sebagai petani tradisional tidak
terlalu banyak hasil yang kami terima ditambah dengan harga pasar
yang sangat rendah, tetapi kami tetap kerjakan untuk memenuhi
kebutuhan kami sehari-hari.
78 Favor of God