Page 22 - USHUL FIQH (1)_Neat
P. 22
melakukan hubungan hukum dengan masyarakatnya, lembaga-lembaga
yang ada di dalam masyarakatnya, dengan pemimpinnya dan lain-lain yang
berhubungan dengan Fiqh Siyasah.
Pokok pembahasan di atas hanya merupakan garis besar gambaran
betapa luasnya objek pembahasan ilmu fiqh itu. Itu semua dibahas oleh
para fuqaha dalam kitab-kitab fiqh yang judulnya sangat banyak.
D. Contoh Kaidah Fiqhiyah
Banyak contoh-contoh kaidah fiqhiyah yang berkaitan dengan masalah
ibadah, muamalah dan masalah syakhsiyah, antara lain:
ِ ِ ِ ِ
ِ
ِ
ْ
ْ
ْ ْ َ َ
ُ
1) ِ عﺎﺒـﺗ ْ ﻹاو ﻒﻴﻗﻮ ـﺗا ةدﺎﺒﻌْ ﻟا ﰲ ﻞﺻَْ ﻷَأ
َ َ
“Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu dan mengikuti tuntunan syariah”
(H.A. Djazuli, 2010: 114).
Masksud kaidah tersebut adalah dalam melaksanakan ibadah mahdhah,
harus ada dalil dan mengikuti tuntunan Syari’at Islam, baik dalil dari Al-
Qur’an maupun dari Hadis. Selain itu ada juga yang menggunakan kaidah:
ِ ِ
ِ
ِ
ﺮﻣَْ ﻷا ﻰَ ﻠﻋ ﻞﻴﻟ
ْ َ ْ ِ ﺪﻟا مﻮﻘـﻳ ﱴﺣ نﻼْ ﻄﺒْ ﻟا ةدﺎﺒﻌْ ﻟا ﰲ ﻞﺻَْ ﻷَأ
ُ
َُ
ْ
ُ َ َ
َْ َ َ
ُ
ُ
“Hukum asal dalam ibadah mahdhah adalah batal sampai ada dalil yang
memerintahkannya.” (H.A. Djazuli, 2010)
Kedua kaidah tersebut mengandung substansi yang sama, yaitu
apabila kita melaksanakan ibadah mahdhah harus jelas dalilnya, baik dari
Al-Qur’an maupun dari Hadis Nabi. Sebab ibadah mahdhah itu tidak sah
apabila tanpa dalil yang memerintahkan atau menganjurkannya.
ِ
ِ
ﺖ ﻗﻮـﺘـﺗ ﻻ ثاﺪﺣَ ﻷا ةرﺎﻬَ ﻃ
ََ َ
ُ
َ ْ
2)
َ
َ َ
“Suci dari hadats tidak ada batas waktu” (Abdul Wahab al Maliki, t.th: 263)
Maksud kaidah di atas adalah apabila seseorang telah suci dari hadas
besar atau hadas kecil, maka dia tetap dalam keadaan suci sampai ia yakin
batalnya baik dari hadas besar atau hadas kecil.
ِ ِ ِ
ﺎﻬﻣﺎﲤإ ﺐﺟو ةدﺎﺒﻌْ ﻟﺎﺑ ﺲﺒﻠ ـﺘﻟَأ
3) َُ َْ ِ َ َ َ َ َ ُ َ
“Percampuran dalam ibadah mewajibkan untuk menyempurnakannya”. (Ibnu
Rajab Al-Hanbali: 553)
8 Ushul Fiqh

