Page 5 - Pertemuan 3
P. 5

BAB I

                                    PANGGILAN HIDUP SEBAGAI UMAT ALLAH

                                                MATERI PERTEMUAN 3


                  A.  PANGGILAN HIDUP MEMBIARA
                       1.  Ajaran Gereja tentang hidup Membiara
                          a.  Makna dan arti hidup religius
                              Dengan  kaul-kaul  atau  ikatan  suci  lainnya  yang  dengan  caranya  yang  khas  menyerupai  kaul,
                              orang  beriman  kristiani  mewajibkan  diri  untuk  hidup  menurut  tiga  nasehat  Injil  tersebut.  Ia
                              mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah yang dicintainya mengatasi segala sesuatu. Dengan
                              demikian  ia  terikat  untuk mengabdi Allah  serta  meluhurkan-Nya  karena  alasan  yang  baru  dan
                              istimewa. Karena baptis ia telah mati bagi dosa dan dikuduskan kepada Allah...(LG 44 )
                          b.  Arti dan Makna Hidup Membiara
                              Hidup  membiara  merupakan  ungkapan  hidup  manusia,  yang  menyadari  bahwa  hidupnya
                              berada di hadirat Allah. Agar hadirat Allah bisa diungkapkan secara padat dan menyeluruh,
                              orang melepaskan diri dari segala urusan membentuk hidup berkeluarga.
                          c.  Inti Hidup Membiara
                              Inti kehidupan membiara, yang juga dituntut dari setiap orang Kristen, ialah persatuan
                              atau  keakraban  dengan  Kristus.  Seorang  biarawan  hendaknya  selalu  bersatu  dengan
                              Kristus dan menerima pola nasib hidup Yesus Kristus secara radikal bagi dirinya. Oleh karena
                              itu, semboyan klasik hidup membiara ialah ”Mengikuti jejak Tuhan kita Yesus Kristus”,
                              atau ”Meniru Kristus” (Lumen Gentium, Art. 42).
                              Ungkapan ini tidak boleh ditafsirkan secara lahiriah saja. Mereka yang mengikuti Kristus berarti
                              ”meneladan bentuk kehidupan-Nya” (Lumen Gentium, Art. 44). Untuk dapat menyerupai dan
                              menyatu  dengan  Kristus,  orang  harus  sering  berkomunikasi  atau  bertemu  dengan  Yesus
                              Kristus.  Pertemuan  atau  komunikasi  yang  efektif  dan  yang  paling  sering  dilakukan  ialah
                              doa.Seorang biarawan yang baik harus sering ”tenggelam dalam doa” sebab doa merupakan
                              suatu daya atau kekuatan untuk dapat meneladani dan bersatu dengan Kristus.   Inti hidup
                              membiara didasarkan pada cinta Allah sendiri. Demi cinta-Nya kepada manusia, Allah
                              mengutus  Putra-  Nya  ke  dunia  untuk mewartakan,  menjadi  saksi,  dan  melaksanakan
                              karyakeselamatan-Nya  bagi  manusia.  Yesus  menjalankan  tugas  perutusan-Nya  secara
                              sempurna  dan  radikal  dengan  menyerahkan  diri  secara  total  kepada  Bapa-Nya,  memiliki
                              menggunakan harta benda hanya sejauh diperlukan untuk melaksanakan  karya-Nya, dan taat
                              kepada Bapa-Nya sampai wafat di kayu salib. Pola hidup semacam itulah yang hendaknya
                              dihayati oleh seorang biarawan dalam hidupnya, sebagai tanda persatuannya dengan Kristus.
                          d.  Kaul-kaul dalam Hidup Membiara
                              1)  Kaul kemiskinan
                                 Dengan  mengucapkan  dan  menghayati  kaul  kemiskinan,  orang  yang  hidup
                                 membiara melepaskan hak untuk memiliki harta benda tersebut. Ia hendak menjadi
                                 seperti  Kristus:  dengan  sukarela  melepaskan  haknya  untuk  memiliki  harta
                                 benda.Untuk dapat menghayati kaul kemiskinan dengan baik, diperlukan sikap batin rela
                                 menjadi miskin seperti yang dituntut oleh Yesus dari murid-murid-Nya (Luk 10: 1-12; lihat
                                 juga  Mat  10:  5-15).  Sikap  batin  ini  perlu  diungkapkan  dalam  bentuk  nyata  dalam
                                 kehidupan sehari-hari.
                                 Berkaitan dengan pengungkapan atau perwujudan kaul kemiskinan,ada dua aspek
                                 yang bisa ditemukan, yaitu
                                 (1)   aspek asketis (gaya hidup yang sederhana)
                                 (2)  aspek  apostolis.  Orang  yang  mengucapkan  kaul  kemiskinan  rela
                                     menyumbangkan    tenaga,  waktu,  keahlian,  dan  keterampilan;  bahkan  segala
                                     kemampuan dan seluruh kehidupan demi kerasulan.





                                                                                                         5
   1   2   3   4   5   6   7   8