Page 12 - Microsoft Word - uas aplikasi komputer
P. 12

e.       Tanaman wajib yang dihasilkan harus diberikan kepada pemerintah. Jika hasil yang diperoleh
               lebih dari yang ditaksir, lebihnya diserahkan kepada penduduk.
            f.        Gagal  panen  ditanggung  oleh  pemeritah  asal  penyebabnya  bukan  karena  kurang  rajinnya
               penduduk.
            g.      Penduduk desa mengerjakan tanah-tanah mereka dibawah pengawasan kepala desa, sedangkan
               pegawai  Eropa  melakukan  pengawasan  terbatas  agar  penanaman  dan  panen  berjalan  baik  dan
               tepat pada waktunya.
                    Jika  diamati  dari  segi  isi  staatsblad  tersebut,  maka  Sistem  Tanam  Paksa  tidak  begitu
               memberatkan pada penduduk.  Dampaknya cukup destruktif menjadikan rakyat miskin dan tidak
               teratur  hidupnya.  Fenomena  ini  diakibatkan  oleh  adanya  penyimpangan  ketentuan-ketentuan
               yang  tercantum  dalam  staatsblad  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  Hindia  Belanda.  Penduduk
               lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk tanaman berkualitas ekspor,
               sehinga tidak dapat mengerjakan sawahnya dengan baik, bahkan dalam suatu waktu tidak dapat
               mengerjakan sawahnya sama sekali (Hermawati, 2013:66).
                    Penguasa  memberlakukan Cultuur  Procenten yaitu  hadiah  panen  bagi  para  pejabat  yang
               dapat  menyerahkan  hasil  tanaman  lebih  banyak.  Reaksi  terhadap  Sistem  Tanam  Paksa  inilah
               yang  melatarbelakangi  pemerintah  mengeluarkan  Agrarische  Wet  (Undang-Undang  Agraria)
               pada tahun 1870. Dalam Agrarische Wet terdapat pernyataan bahwa “Semua tanah  yang tidak
               terbukti memeiliki bukti hak milik (eigendom) adalah menjadi domain negara atau milik negara”.
                    Jadi inti pokok kebijakan cultuur stelsel adalah:
            a.       Rakyat  wajib  menyediakan  seperlima  lahan  garapannya  untuk  ditanami  tanaman  wajib
               (tanaman berkualitas ekspor).
            b.      Lahan yang disediakan untuk tanaman wajib dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.
            c.       Hasil  panen  diserahkan  kepada  pemerintah  kolonial.  Kelebihan  hasil  panen  dibayarkan
               kembali kepada rakyat.
            d.      Tenaga  dan  waktu  yang  diperlukan  untuk  menggarap  tanaman  wajib  tidak  boleh  melebihi
               tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menanam padi.
            e.       Mereka yang tidak memiliki tanah wajib bekerja selama 66 hari setahun di perkebunan milik
               pemerintah.
            f.        Penggarapan  tanaman  wajib  di  bawah  pengawasan  langsung  penguasa  pribumi.  Pegawai-
               pegawai Belanda mengawasi jalannya penggarapan dan pengangkutan.
                       Kartodirdjo   (1987:366)    menjelaskan     gambaran    tentang    derajat   intensitas
               penyelenggaraan sistem tanam paksa menurut catatan tahun 1833 sebagai berikut.
                       1.     Gula: 32.722 bau
                       2.     Indigo: 23.141 bau
                       3.     Teh: 324 bau
                       4.     Tembakau: 286 bau
                       5.     Kayu manis: 30 bau
                       6.     Katun: 5 bau
               Ditambah  dengan  luas  tanah  yang  ditanami  lada,  nopal  dan  murbai  seluruh  areal  yang
               dipergunakan sistem tanam paksa ada kira-kira 50.000 bau. Pada 1861 dari tanah rakyat  yang
               dipergunakan sistem tanam paksa ada 53.159 bau.



                                                             12
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17