Page 3 - Bab 7
P. 3

PRAWACANA



                     Muhammadiyyah  lahir  18  November  1912/8  Dzullhijjah  1330,  dengan  fondasi
                     ayat: “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada

                     kebajikan,  menyuruh  kepada  yang  ma’ruf  dan  mencegah  dari  yang  munkar,
                     merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran ayat 104).

                     Nahdlatul Ulama lahir 31 Januari 1926/16 Raja b 1344, dengan fondasi ayat: “Dan
                     berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai, dan

                     ingatlah  akan  nikmat  Allah  kepadamu  ketika  kalian  dahulu  bermusuh  musuhan,
                     maka  Allah  mempersatukan  hatimu,  lalu  menjadilah  kau  karena  nikmat  Allah,
                     orang-orang yang bersaudara; dan kau telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah

                     menyelamatkanmu  dari padanya. Demikianlah Allah  menerangkan ayatayat- Nya

                     kepadamu agar kalian mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran ayat 103).
                     KH.  Ahmad  Dahlan  atau  Muhammad  Darwis  bin  Abu  Bakar  bin  Muhammad
                     Sulaiman bin Murtadha bin Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang

                     Djurung  Djuru  Sapisan  bin  Sulaiman  (Ki  Ageng  Gribig)  bin  Muhammad
                     Fadhlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri).

                     H.  Hasyim  Asy’ari  lahir  pada  tanggal  10  April  1875.  Ayahnya  bernama  Kiai
                     Asy’ari,  pemimpin  Pesantren  Keras  yang  berada  di  sebelah  selatan  Jombang.

                     Ibunya bernama Halimah.
                     Salah satu putranya yaitu Wahid Hasyim  merupakan salah satu perumus Piagam

                     Jakarta  yang  kemudian  menjadi  Menteri  Agama  RI  (1949-1952),  sedangkan
                     Abdurrahman Wahid cucunya,, menjadi Presiden Indonesia yang ke-4.

                     Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy’ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru
                     pada ulama terkemuka di sana.

                     KH. Hasyim Asy’ari sekembalinya dari Arab, Ia sangat terkenal dalam pengajaran
                     ilmu hadis. Ia mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz at-Tarmasi untuk

                     mengajar Sahih Bukhari, di mana Syaikh Mahfudz at-Tarmasi merupakan pewaris
                     terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini.

                     Fatwa Beliau yang sangat Menumental adalah Revolusi Jihad atas Jasa besar Beliau
                     ditetapkan  sebagai  “Pahlawan  Nasional”  berdasarkan  Keputusan  Presiden    RI

                     nomor 294 tahun 1964. Hubbul Wathon Minal Iman (Cinta Tanah Air sebagian
                     dari Iman).










                  112 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas
                  IX
   1   2   3   4   5   6   7   8