Page 6 - Bab 7
P. 6

C. Wawasanku!


                         1.  KH. Ahmad Dahlan

                         KH. Ahmad Dahlan mempunyai nama kecil Muhammad Darwisy. Beliau lahir dari
                         kedua  orang  tua  yang  dikenal  alim,  saleh,  dan  shalihah,  yaitu  KH.  Abu  Bakar

                         selaku Imam Masjid Besar Kauman Kasultanan Yogyakarta serta Nyai Abu Bakar

                         (putri H. Ibrahim, Penghulu Kraton Kasultanan Yogyakarta). Silsilah KH.  Ahmad
                          Dahlan adalah keturunan ke dua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali

                          yang termasuk  Walisanga  serta  dikenal  sebagai  salah  satu  ulama  penyebar dan

                          pengembang Islam di tanah Jawa.
                          Garis nasab KH. Ahmad Dahlan adalah putra KH. Abu Bakar bin KH. Muhammad

                          Sulaiman bin Kiai Murtadla bin Kiai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin
                          Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Jatinom)

                         bin  Maulana  Muhammad  Fadlullah  (Prapen)  bin  Maulana  ‘Ainul  Yaqin  bin
                         Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.

                         KH. Ahmad Dahlan dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil. Di lingkungan

                         itulah  beliau  menimba  berbagai  disiplin ilmu  dan  pengetahuan,  termasuk  agama
                         Islam  dan  bahasa  Arab.  Pada  tahun  1883,  saat  masih  berusia  15  tahun,  beliau

                         menunaikan  ibadah  haji  sekaligus  bermukim  selama  lima  tahun  di  Mekah  guna
                         mendalami ilmu agama dan bahasa Arab. Dari situlah beliau berinteraksi dengan

                         pemikiran-pemikiran  pembaruan  dalam  dunia  Islam,  seperti  Muhammad  Abduh,
                         Jamaluddin Al-Afghani, Rasyid Ridha, serta Ibnu Taimiyah.

                         Buah  pemikiran  tokoh-tokoh  Islam  tersebut  mempunyai  pengaruh  kelak  di

                         kemudian hari sehingga menampilkan corak keagamaan yang sama dengan kaum
                         pembaharu. Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang bertujuan

                         memperbarui pemahaman keagamaan. Dalam hal ini, paham keislaman di sebagian

                         besar dunia Islam saat itu masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi ini dipandang
                         menimbulkan  kebekuan  ajaran  Islam,  jumud  (stagnasi),  serta  dekadensi

                         (keterbelakangan) umat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis
                         ini harus diubah dan diperbarui melalui gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran

                         Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits.
                         Pada  tahun  1888  KH.  Ahmad  Dahlan  pulang  ke  kampong  halamannya.

                         Sepulangnya  dari  Mekah,  beliau  diangkat  menjadi  Khatib  Amin  di  lingkungan

                         Kasultanan  Yogyakarta.  Pada  tahun  1902‒1904,  beliau  menunaikan  ibadah  haji
                         untuk kedua kalinya  yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada



                                                                 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX  115
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11