Page 7 - Bab 7
P. 7

beberapa guru di Mekah.

                         Sepulang  dari  Mekah,  beliau  menikah  dengan  Siti  Walidah,  yakni  saudari

                         sepupunya sendiri, anak Kiai Penghulu  Haji  Fadhil. Kelak, Siti Walidah dikenal
                         sebagai  Nyai  Ahmad  Dahlan,  seorang  pahlawan  nasional  dan  pendiri  Aisyiyah

                         (organisasi  kewanitaan  Muhammadiyah).  Dari  perkawinannya  dengan  Siti

                         Walidah, KH. Ahmad Dahlan memiliki enam orang anak, yaitu Djohanah, Siradj
                         Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, serta Siti Zaharah. Selain itu, KH.

                         Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda  H.  Abdullah. Beliau
                         juga  pernah  menikahi  Nyai  Rum,  adik  Kiai  Munawwir  Krapyak.  KH.  Ahmad

                         Dahlan juga mempunyai putra dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik
                         Ajengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah

                         dengan Nyai Yasin yang berasal dari Pakualaman, Yogyakarta.

                         Pada  tahun  1912,  KH.  Ahmad  Dahlan  mendirikan  organisasi  Muhammadiyah
                         untuk  mewujudkan  cita-cita  pembaruan  Islam  di  nusantara.  Beliau  ingin

                         mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan
                         agama Islam. Beliau mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut

                         tuntunan  Al-Qur’an  dan  Al-Hadits.  Perkumpulan  ini  berdiri  pada  tanggal  18
                         November  1912.  Sejak  awal,  KH.  Ahmad  Dahlan  telah  menetapkan  bahwa

                         Muhammadiyah  bukan  organisasi  politik,  tetapi  bersifat  sosial  dan  terutama

                         bergerak di bidang pendidikan.
                         Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini sempat mendapatkan

                         pertentangan dan perlawanan, baik dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya.

                         Bahkan,  ada  pula  orang  yang  hendak  membunuh  beliau.  Namun  rintangan-
                         rintangan  tersebut  dihadapinya  dengan  sabar.  Keteguhan  hatinya  untuk

                         melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi
                         semua tantangan tersebut.

                         Pada  tanggal  20  Desember  1912,  KH.  Ahmad  Dahlan  mengajukan  permohonan
                         kepada Pemerintah Hindia Belanda agar organisasinya mendapatkan status badan

                         hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914 melalui Surat Ketetapan

                         Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Namun, izin itu hanya berlaku untuk
                         daerah  Yogyakarta  dan  organisasi  hanya  boleh  bergerak  di  daerah  Yogyakarta.

                         Pemerintah Hindia Belanda khawatir akan perkembangan organisasi ini sehingga
                         kegiatannya pun dibatasi.

                         Walaupun  ruang  gerak  Muhammadiyah  dibatasi,  tetapi  di  daerah  lain  seperti
                         Srandakan,  Wonosari,  dan  Imogiri  telah  berdiri  cabang  Muhammadiyah.  Hal  ini



                  116 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas
                  IX
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12