Page 12 - Bab 7
P. 12

lengkap,  sebagai  bekal  untuk  beramal  dan  mengajar  di  kampung  halaman.

                         Sepulang  dari  tanah  suci  sekitar  tahun  1313  Hijriyah  atau  1899  Masehi,  beliau


                         memulai  mengajar.  Beliau  pertama  kali  mengajar  di  Pesantren  Gedang  Diwek,

                         Jombang, yang diasuh oleh mendiang kakeknya, sekaligus tempat di mana beliau


                         dilahirkan dan dibesarkan. Setelah itu, beliau mengajar di Desa Muning, Mojoroto,

                         Kediri. Di sinilah beliau sempat menikahi salah seorang putri Kiai Sholeh Banjar


                         Melati. Hanya saja, pernikahan tersebut tidak berjalan lama sehingga KH. Hasyim

                         Asy’ari kembali lagi ke Jombang.

                         Pada 26 Rabi’ul Awal 1317 Hijriyah atau 1899 Masehi, beliau mendirikan Pondok


                         Pesantren  Tebuireng  bersama  rekan-rekan  seperjuangannya,  seperti  Kiai  Abas

                         Buntet, Kiai Sholeh Benda Kereb, Kiai Syamsuri Wanan Tara, dan beberapa kiai


                         lainnya. Segala kesulitan dan ancaman pihak-pihak yang benci terhadap penyiaran

                         pendidikan Islam di Tebuireng dapat diatasi.


                         KH.  Hasyim  Asya’ri  memulai  sebuah  tradisi  yang  kemudian  menjadi  salah  satu

                         keistimewaan beliau, yaitu mengkhatamkan Kitab Syaikhhani (Shahih Bukhari dan


                         Muslim) yang dilaksanakan pada setiap bulan suci Ramadhan. Konon,  khataman

                         ini diikuti oleh ratusan kiai yang datang berbondong-bondong dari seluruh Jawa.


                         Tradisi ini masih berjalan sampai sekarang.

                         Pada awalnya, santri Pondok Tebuireng yang pertama hanya berjumlah 28 orang,

                         kemudian  bertambah  hingga  ratusan  orang.  Bahkan,  di  akhir  hayat  beliau,  telah


                         mencapai  ribuan  orang.  Banyak  alumni  Pondok  Tebuireng  yang  sukses  menjadi

                         ulama besar dan menjadi pejabat-pejabat tinggi negara.  Kini, Tebuireng menjadi


                         kiblat pondok pesantren.

                         Di samping aktif mengajar, beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik yang


                         bersifat lokal maupun nasional. Pada tanggal 16 Sya’ban 1344 Hijriyah atau







                                                                 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX  121
   7   8   9   10   11   12   13   14   15