Page 15 - Bab 7
P. 15

RANGKUMAN

                 1. KH. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Beliau merupakan putra

                     dari KH.  Abu  Bakar bin Kiai Sulaiman dan Siti Aminah binti almarhum KH. Ibrahim.

                   Ayah  beliau  adalah  seorang  khatib  tetap  Masjid  Agung  Yogyakarta.  Adapun  ibunya

                   adalah putri dari Penghulu Besar di Yogyakarta. KH.  Ahmad Dahlan lahir di Kauman,
                   Yogyakarta,  tahun  1869.  Sebelum  mendapat  gelar  KH.  Ahmad  Dahlan,  nama  yang

                   diberikan orang tuanya adalah Muhammad Darwisy. Nama Ahmad Dahlan beliau peroleh
                   dari  salah  satu  gurunya  di  Semarang.  KH.  Ahmad  Dahlan  mendirikan  Persyarikatan

                   Muhammadiyah  pada  8  Dzulhijjah  1330  Hijriyah  atau  18  November  1912.  Pendirian
                   organisasi  ini  dipengaruhi  oleh  gerakan tadjid  (reformasi/pembaruan  pemikiran  Islam  )

                   yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abd Al-Wahab di Arab Saudi, Muhammad Abduh,

                   Muhammad  Rasyid  Ridha  di  Mesir,  lain-lain.  Berdasarkan  hal  tersebut,  salah  satu
                   tindakan nyata yang dilakukannya ialah memperbaiki arah kiblat, dari yang awalnya lurus

                   ke barat, kemudian dengan mengacu pada ilmu falak dibuat agak condong ke utara 22

                   derajat. Pembetulan arah kiblat ini dimulai dari Langgar Kidul milik KH. Ahmad Dahlan
                   sendiri  dengan  cara  membuat  garis  shaf.  Semenjak  didirikan,  Muhammadiyah  banyak

                   bergerak  di  bidang  pendidikan.  Selain  giat  memberikan  pengajian  kepada  ibu-ibu  dan
                   anak-anak,  beliau  juga  mendirikan  berbagai  sekolah.  Gerakan  mengembangkan  bidang

                   pendidikan  itu  terus  berlangsung  hingga  saat  ini.  KH.  Ahmad  Dahlan  meninggal  pada
                   Jum’at, 23 Februari 1923 dan dimakamkan di makam milik keluarganya di Karangkajen,

                   Yogyakarta.

                 2.  KH.  Hasyim  Asy’ari  lahir  pada  10  April  1875.  Ayah  beliau  bernama  Kiai  Asy’ari,
                   pemimpin  Pesantren  Keras  yang  berada  di  selatan  Jombang.  Ibu  beliau  bernama  Nyai

                   Halimah.  KH.  Hasyim  Asy’ari  memiliki  garis  keturunan  baik  dari  Sultan  Pajang  (Jaka
                   Tingkir) serta Raja Majapahit (Brawijaya VI). KH. Hasyim Asy’ari belajar dasar- dasar

                   agama  dari  ayah  dan  kakeknya,  Kiai  Utsman  yang  juga  pemimpin  Pesantren  Gedang
                   Diwek,  Jombang.  Sejak  usia  15  tahun,  beliau  berkelana  menimba  ilmu  di  berbagai

                   pesantren,  antara  lain  Probolinggo,  Langitan  Tuban,  Kademangan  di  Bangkalan,  dan

                   Siwalan  di  Sidoarjo.  Pada  tahun  1899,  sepulangnya  dari  Mekah,  KH.  Hasyim  Asy’ari
                   mendirikan Pesantren Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di

                   Jawa pada abad ke-20. Pada 31 Januari 1926, KH.  Hasyim  Asy’ari menjadi salah satu
                   pemrakarsa  berdirinya  Nadhlatul  Ulama  (NU)  yang  berarti  kebangkitan  ulama.  KH.

                   Hasyim  Asy’ari  wafat  pada  25  Juli  1947  atau  bertepatan  dengan  7  Ramadhan  1366

                   Hijriyah  dan  dimakamkan  di  kompleks  Pondok  Pesantren  Tebuireng,  Jombang,  Jawa
                   Timur.


                                                                 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX  125
   10   11   12   13   14   15