Page 35 - oke mutiara kebun sawit
P. 35
air. Jantung yang lebih cepat memompa darah
menuju otak, membuat nafas berlipat tak beraturan,
bagiku ini bukan hanya sekedar mimpi melainkan
diorama sejarah yang Tuhan titipkan dalam otak,
malam memintaku untuk melamun memandangi
langit-langit gelap, mengingat masa-masa indah
bersama Ayah. Malam masih gagah memeluk
dengan gelapnya, tiga tahun semenjak kepergianmu
bersama pesan, serta teka-teki Tuhan, semenjak
itulah hidup menjadi lebih dekat dengan maut, tidur
menjadi kegiatan menunggu waktu, kutitipkan rindu
serta lelah yang amat dalam.
Dret….dret….dret….klik “ya bu,” jawabku
mendengar suara telephon genggam siapa lagi
paling ibu, sepertinya sang waktu telah menuntunku
pada jurang keputusasaan ketika cita-cita,
31 | M u t i a r a K e b u n S a w i t