Page 38 - Rancangan FLIPBOOK
P. 38
BIODIV-Trends
Perkebunan minyak sawit dapat dibuat lebih ramah
keragaman hayati
Jika perkebunan sawit yang terkenal anti-keragaman hayati
dibangun hanya pada lahan terdegradasi, mereka akan sedikit
merusak keragaman hayati, demikian nasihat peneliti Pusat
Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR).
“Masalah terbesarnya adalah sawit seringkali dibudidayakan
dengan mengorbankan hutan yang kaya akan keragaman hayati,”
kata Douglas Sheil, yang menjadi penulis bersama Perkebunan
minyak sawit dalam konteks konservasi keragaman hayati (Oil palm
plantations in the context of biodiversity conservation) bersama mitra
CIFOR, Erik Meijaard.
“Pertanyaan terpenting yang perlu kita tanyakan yaitu jenis
lahan apa yang seharusnya kita gunakan – bagaimana kita membuat
perusahaan mengembangkan perkebunan minyak sawit di lahan
non-hutan,” ujar Sheil.
“Jika kita hanya menggunakan lahan terdegradasi, dampak
keragaman hayati lebih kecil. Kita bisa melindungi keragaman hayati
dengan menghentikan konversi hutan alam menjadi minyak sawit.
Kita bisa melindungi hutan alam yang tersisa di lereng dan samping
sungai, contohnya, atau meregenerasi ketika dibutuhkan.”
Menghindari area hutan dalam perancangan dan
pembangunan minyak sawit belum menjadi kewajiban di Indonesia,
tambah Sheil, dan legislasi baru diperlukan guna mencegah dampak
lebih jauh terhadap hutan dan jasa hutan.
Industri minyak sawit meledak, dan bukan tanpa alasan.
“Emas hijau”, begitu sawit dijuluki oleh kelompok lingkungan Friends
of the Earth, membuat kontribusi bernilai terhadap pembangunan
ekonomi di negara tropis yang memiliki tingkat kesejahteraan rendah.
Dan ada cara untuk membuat industri minyak sawit lebih
mendukung keragaman hayati, catat Sheil dan Meijaard.
37