Page 87 - PRODUK BUKU MAHASISWA
P. 87
Ternyata, bukan hanya keluarga Santi membuat keduanya merasa tertekan.
Massa yang berkumpul di luar rumah pun, diakui mereka, cukup menjerikan
hati mereka. Itulah sebabnya, tanpa tawarmenawar lagi, Saharalala dan Arifin
langsung menyepakati perjanjian dengan keluarga Santa. Isi perjanjian
tersebut, mereka bersedia bertanggung jawab atas status Santi kelak.
Tidak lama Saharalala menandatangani perjanjian di atas segel untuk menikahi
Santai, di luar rumah terjadi kegaduhan. Terdengar teriakan massa yang
menghendaki agar Saharalala dan Arifin segara dibawa keluar rumah dan
dikenai hukuman setimpal dengan perbuatannya. Beberapa warga dadap
bahkan telah masuk dan menarik keduanya ke arah luar.
“di luar itu saya dan Arifin habis dipukuli massa. Malahan, massa hampir
membakar kami berdua hidup-hidup. Beruntung petugas kepolisian cepat
datang menyelamatkan kami. Coba kalau nggak, mungkin kami sudah hangus
terbakar,” kata Saharalala.
Saharalala menuturkan, persoalan ini sebenarnya berawal sejak setahun lalu.
Ketika itu, ia berkunjung ke rumah Muin dan melihat sosok Santi yang
nyatanya telah memikat hatinya. Namun memang, ia tak sempat bertemu
dengan ayah Santi.
“Suatu kali saya berkunjung ke rumah Muin. Saya ditemui oleh engkongnya.
Ketika saya sedang ngobrol dengan engkong, tiba-tiba datang seorang gadis
yang membawakan minuman untuk saya. Saya jadi tergoda saat gadis itu
tersenyum kepada saya. Langsung saja saya tanya sama engkong, “Kong itu
siapa, kenalin dong,” Engkong bilang kalau gadis itu adalah anaknya Muin.
Kemudian, saya pun diperkenalkan oleh engkong. Semula, saya tak tahu kalau
Santi bisu. Waktu perkenalan, saya nyebutin nama, sedangkan Santi cuma
senyum-senyum saja,” tutur Saharalala.
Saharalala baru mengetahui jika Santi itu gadis bisu, setelah pertemuannya
kembali di kolam renang perumahan Bumi Serpong Damai. “Tanpa sengaja,
saya ketemu dia di kolam. Eh... waktu saya ajak bicara, ini anak kok cuma
senyum melulu. Ditanya senyum, dipegang tangannya senyum, dirayu juga
senyum. Saya berpikir jangan-jangan ini anak kalau dipakai, senyum juga.
Makanya saya jadi tergoda untuk mengajak Santai ke rumah saya,” kata
Saharalala
Saharalala mengakui, Santi digarap dirumahnya pertama kali saat tengah hari
bolong. Namun ia membantah jika dirinya dituduh menggarap Santi dengan
cara paksa. “Saya melakukan perbuatan itu berdasarkan suka sama suka, kok,“
tukas Saharalala.
Menurut Saharalala, dirinya sempat pula menceritakan perihal pengalamannya
saat mencicipi keperawanan Santi kepada kedua rekannya, yakni Arifin dan
Umar. Dan ternyata setelah mendengar kisah Saharalala tersebut, kedua
rekannya ini cukup tertarik. Bukan hanya itu, kedua rekannya ini pun bahkan
menantang Saharalala untuk membuktikan ceritanya itu. Alhasil, disusunlah
rencana untuk membawa Santi ke sebuah gubuk di pinggir sawah sekitar
pemancingan Pelayanan, Cilenggang 1, Tangerang.
Scientific Inquiry untuk Materi Analisis Wacana Kritis 82