Page 22 - MODUL PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
P. 22
4. Sosial Emosional
Perkembangan sosial dan emosional pada anak merupakan kondisi emosi
dan kemampuan anak merespon lingkungannya di usia sebelumnya. Para ahli
juga sepakat bahwa perkembangan sosial-emosional anak bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dirinya, bagaimana cara berhubungan dengan orang
lain yaitu teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya. Bertanggung jawab
akan diri sendiri maupun orang lain dan berperilaku sesuai dengan pro-sosial.
Hurlock mengungkapkan bahwa perkembangan sosial merupakan
kemampuan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial dan menjadi individu
yang mampu bermasyarakat. Untuk menjalani kehidupan bermasyarakat
diperlukan 3 proses yaitu:
a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima di dalam
bermasyarakat.
b. Belajar bagaimana memainkan peran sosial dalam bermasyarakat.
c. Mengembangkan sikap dan tingkah laku terhadap individu lain dan aktivitas
sosial bermasyarakat.
5. Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan,
kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan
rasa cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia
anak. Moral berasal dari bahasa Latin mores, kata mores berasal dari kata mos
yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Sjarkawi (2006: 34) menyatakan
moral adalah nilai kebaikan manusia sebagai manusia. Moral memandang
bagaimana manusia harus hidup sebagai manusia yang baik. Perbedaan
kebaikan moral dengan kebaikan lainnya adalah kebaikan moral adalah
kebaikan manusia sebagai manusia. Kebaikan moral mengandung nilai-nilai
yang universal tentang kemanusiaan. Sedangkan kebaikan lainnya merupakan
kebaikan yang dikaitkan dengan status seseorang, misalnya status sebagai
siswa, suami, istri, dan lain-lain. Selanjutnya Sjarkawi (2006: 35) menjelaskan
moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah segala yang berkaitan
dengan urusan sopan santun. Moralitas dipengaruhi cara berpikir seseorang
tentang moral. Turiel (2007) menyatakan ada perbedaan antara moralitas dan
konvensi sosial bagi anak. Menurutnya perilaku moral, seperti memukul
seseorang tanpa alasan, memiliki efek intrinsik (misalnya kejahatan) terhadap
kesejahteraan orang lain. Inti dari ciri kognisi moral berpusat pada
pertimbangan terhadap efek perilaku tertentu terhadap kesejahteraan orang
lain. Konvensi sosial tidak memiliki konsekuensi interpersonal. Misalnya ketika
memberi panggilan “profesor” atau bapak atau ibu kepada dosen atau
menggunakan nama mereka. Konvensi sosial hanya berkaitan dengan
koordinasi sejumlah perilaku yang memperlancar fungsi sosial kelompok
tertentu.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa moral
merupakan nilai-nilai luhur yang disepakati oleh semua orang baik dalam
kelompoknya maupun dalam kelompok orang lain. Oleh sebab pentingnya
posisi moral dalam kehidupan, maka para psikolog tertarik meneliti
perkembangan moral pada diri manusia.
19