Page 68 - Bahasa-Indonesia-BS-KLS-V
P. 68

Empu Najo harus berlapang dada
                                                                 ditinggalkan belahan hatinya. Dia
                                                                 bertekad untuk membesarkan sendiri
                                                                 kedua  anaknya.  Dia  memberi  nama
                                                                 bayi laki-lakinya Si Gerong, dan anak
                                                                 perempuannya, Orah.

                                                                 Dia  memberi  mereka  makan  susu
                                                                 kambing  dan  madu.  Dua-duanya
                                                                 tumbuh dengan cepat. Tapi jauh
                                                                 sebelum Gerong bisa berjalan, Orah
                                                                 sudah menjelajahi jalan di luar
                                                                 rumah dan bahkan memanjat pohon.
                                                                 Meskipun susu masih bisa memenuhi
                                                                 rasa laparnya, dia mulai tertarik pada
                                                                 ayam-ayam milik tetangga. Tetangga
                                                                 mulai mengeluh kepada Empu Najo.
                                                                 “Aku akan memberimu daging,”
                                                                 katanya pada Orah, “tapi kamu tidak
                                                                 boleh menyerang kambing atau ayam
                                                                 warga.”
                    Meski Orah tidak lagi mengganggu ternak warga, dia tetap menjadi buah bibir
                    penduduk desa. Mereka curiga ada komodo yang tinggal bersama mereka di desa.
                    Untungnya, ayah dan kakaknya tetap melindungi Orah dan menunjukkan kasih
                    sayangnya. Malahan, Si Gerong lebih suka bermain dengan adiknya daripada
                    dengan anak-anak lain. Dua bersaudara ini memanjat pohon bersama, atau
                    mengejar kalkun ke dalam hutan.


                    Suatu hari, Orah hilang. Dia meninggalkan rumah ketika matahari baru bangun
                    dan jejaknya menunjukkan bahwa dia menuju hutan. “Apakah dia akan kembali?”
                    tanya Si Gerong pada ayahnya dengan air mata yang membanjir. “Ya, jangan
                    khawatir, dia akan kembali,” balas Empu Najo. Tapi dia sendiri juga tampak
                    cemas. Orah akhirnya kembali ke rumah malam itu. Namun, semakin hari dia
                    semakin lama meninggalkan rumah dan hanya kembali sesekali. Sampai suatu
                    pagi, Si Gerong menemukan adiknya di tepi ranjangnya.
                    Mereka saling menatap lama dan kemudian Orah berpaling dan pergi. Si Gerong
                    tahu bahwa kali ini, Orah tidak akan kembali.


                    Tahun-tahun berlalu, Si Gerong tumbuh menjadi pemburu yang berpengalaman.
                    Tidak ada babi  hutan atau kijang  yang sanggup menghindar dari ujung
                    tombaknya. Suatu hari Si Gerong sedang berburu di tepian hutan dekat dengan
                    sabana ketika dia mendengar suara gemerisik di dekat sungai. Dia melihat kijang
                    jantan, telinganya tegak dan tanduknya besar. Si Gerong pelan-pelan mendekat






              58    Bahasa Indonesia | Anak-Anak yang Mengubah Dunia | untuk SD/MI Kelas VI
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73