Page 133 - BUMI TERE LIYE
P. 133

TereLiye “Bumi” 130



                         Seli  menggeleng.  ”Aku  tidak  tahu.  Tidak  ada  yang  bisa  aku  lakukan,
                  menghindar  tidak  sempat,  lari  tidak  mungkin.  Tiba-tiba  saja  aku  nekat
                  menangkapnya.”

                         ”Keren!” Ali mendesis.

                         Aku  menyikut  lengan  Ali  di  sebelahku.  Apanya  yang  keren?

                         ”Tapi  ini  pasti  bukan  yang  pertama  kali,  kan?”  Ali  nyengir  tanpa  dosa,
                  menahan  tanganku,  asyik  bertanya  kepada  Seli—seperti  wartawan  gosip
                  yang  semangat  melakukan  wawancara.


                         Seli  mengangguk.  ”Sejak  kecil  aku  terbiasa  dengan  listrik.  Tidak
                  pernah  tersengat.  Tanganku  juga  bisa  mengeluarkan  aliran  listrik.  Tidak  ada
                  yang  tahu.  Kalian  orang  pertama  yang  tahu.”

                         ”Itu keren  sekali,  Seli!”  Ali  berseru.

                         Aku  kali  ini  menarik  lengan  Ali,  melotot.  ”Tidak  ada  yang  keren
                  dengan  semua  ini!  Kami  baru  saja  selamat  dari  ke-jadian  gila.  Kamu
                  menganggap  ini  hanya  salah  satu  praktikum  fisika?”


                         ”Eh  nggak  sih,  Ra.  Maksudku,  eh,  tapi  itu memang  keren  kok.”

                         Kalau  saja  situasinya  lebih  baik,  saking  jengkelnya,  si biang  kerok    ini
                  akan  kubuat  hilang—dengan  asumsi  aku  bisa  melaku-kan-nya.


                         ”Sejak  kapan  kamu  bisa  menghilangkan  benda?”  Seli  sekarang
                  mendongak  padaku.

                         ”Sejak  semalam,”  Ali  yang  menjawab,  lalu  nyengir  lebar.


                         Aku  kembali  menoleh  padanya.

                         ”Sori,  Ra.  Aku  memang  meletakkan  alat  di  rumahmu.  Aku  bisa
                  melihatmu  menghilangkan  novel  dan  kursi  di  kamar  tadi  malam.”


                         ”Apa?”  Aku melotot.

                         Ali  menggaruk  kepalanya  yang  tidak  gatal.









                                                                            http://cariinformasi.com
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138