Page 311 - BUMI TERE LIYE
P. 311
TereLiye “Bumi” 308
Aku tahu, Seli juga berkepentingan agar aku bisa membaca buku ini,
tapi kalimat Seli barusan lurus. Dia tulus membesar-kan hatiku, tanpa
maksud lain. Seli teman yang baik.
”Kirakira apa yang terjadi dengan sekolah kita ya?” Seli bergumam
pelan.
”Mungkin diliburkan, Sel. Gedungnya rusak parah, kan?”
Seli terdiam sebentar. ”Semoga begitu. Setidaknya kalau memang
libur, kita tidak terlalu ketinggalan pelajaran saat pulang nanti.”
Aku nyengir lebar. Itu sudut pandang yang menarik.
Aku masih menimang-nimang buku PR matematikaku.
”Kirakira apa yang sedang dikerjakan orangtua kita saat ini, Ra?
Sudah dua hari lebih kita tidak pulang.” Seli ikut menyandarkan punggun g
di sofa.
”Mamaku mungkin sudah memasang iklan di televisi,” aku mencoba
bergurau.
Seli menoleh, tertawa. ”Iya, lewat tantemu yang bekerja di stasiun
televisi itu, kan?”
Kami berdua tertawa kecil.
Aku sebenarnya memikirkan hal lain. Bukan hanya cemas soal
sekolah, tapi juga cemas apa yang akan dilakukan Mama dan Papa saat ini
di kota kami. Aku tahu mereka pasti kurang tidur, terus berjaga menunggu
kabar baik. Tapi aku lebih mencemaskan jika kami berhasil pulang,
bagaimana aku akan bertanya tentang statusku? Apakah aku berani
langsung bilang ke Mama dan Papa? Bertanya apakah aku sungguhan anak
mereka atau bukan? Bahkan Mama mungkin histeris atau pingsan duluan
sebelum aku selesai bertanya.
”Ra, tolong besarkan volumenya,” Ali berseru.
http://cariinformasi.com

