Page 33 - BUMI TERE LIYE
P. 33
TereLiye “Bumi” 30
Ali hanya mengangkat bahu, merasa tidak bersalah. ”Sejak kapan
orang dilarang duduk di kursi mana saja saat istirahat?” dalihnya. Dia
bersiap mengajak bertengkar.
Aku menyikut Seli, menyuruhnya tidak menanggapi Ali.
Setidaknya, hingga bel sekolah berbunyi, tidak ada kejadian yang
membuatku tambah jengkel. Pelajaran bahasa, aku suka. Aku memasan g
wajah semringah selama pelajaran berlangsung. Sepertinya hampir seluruh
teman sekelas menyukai guru bahasa kami. Dia persis seperti tutor acara
berbahasa yang baik dan benar di siaran televisi nasional, pintar, tampan,
dan pandai bergurau. Hanya Ali yang tampak kusut, dengan wajah tertekuk
di pojokan kelas. Aku tertawa dalam hati, meliriknya, mengingat cerita Seli
di kantin tadi—yang entah betul atau tidak, mungkin Ali benci pelajaran ini
karena tidak tahu bagian mana yang bisa diledakkannya.
Bel pulang sekolah bernyanyi kencang, dengung gaduh me-menuh i
seluruh bangunan sekolah. Aku pulang naik angkutan umum bersama Seli.
Sayangnya, tiba di rumah aku menemukan masalah baru. Masalah
dengan dua kucingku. Dan itu lebih serius dibanding kejadian tadi pagi di
sekolah dengan sosok tinggi kurus yang mendadak muncul kemudian hilang
di depan mata-ku.
http://cariinformasi.com