Page 36 - BUMI TERE LIYE
P. 36
TereLiye “Bumi” 33
Aku menelan ludah. Sebenarnya aku ingin mengeluh, karena Mama
terlihat santai-santai saja padahal kucingku hilang satu, tapi aku langsun g
mengurungkannya. Aku seketika tertegun.
Eh, Mama barusan bilang apa? Satu ekor?
Aku benar-benar baru menyadari hal itu sekarang, detik ini. Seperti
ada yang melemparkan pemikiran itu di kepala. Ditam-bah dengan kejadian
tadi pagi, melihat sosok tinggi kurus di sekolah, tiba-tiba membuat ku
berpikir ada yang benar-benar keliru dengan dua ekor kucing ”kembar”
kesayanganku selama ini. Setelah enam tahun punya kucing, aku pikir itu
semua hanya gurauan Mama dan Papa.
Jangan-jangan...
”Ayo, cepat ganti seragam. Jangan malah bengong,” Mama berseru
mengingatkan.
***
Sejak usia enam tahun aku ingin punya kucing. Saking inginnya, aku
pernah menculik kucing anggora milik Tante Anita, adik Mama, waktu
kumpul arisan keluarga di rumahnya. Aku sehari-an bermain bersama
kucing itu, memegang bulunya yang tebal seperti beludru KW1, hangat
memeluknya sambil tiduran, ber-lari mengejarnya di taman. Akhirnya saat
pulang, aku gemas dan me--masuk--kan kucing itu ke dalam tas. Dua hari
kucing itu ku-sem-bunyi-kan di kamar. Persis hari ketiga, Mama
menemukan-nya.
Mama marah besar, bilang tanteku justru cemas mencari ke sana
kemari kucing kesayangannya dua hari terakhir. Aku hanya menatap polos.
”Kucingnya lucu, Ma. Lagian Tante juga bilang, kalau Ra mau, kucingny a
boleh dipinjam beberapa hari.”
Mama tambah marah. ”Dipinjam itu berarti bilangbilang. Kamu
mencurinya.”
Papa hanya tertawa, meredakan marah Mama, bilang bahwa aku
masih enam tahun. Papa lantas mengantar kembali kucing itu pulang ke
rumah Tante Anita, membiarkan aku merengek menangis.
http://cariinformasi.com