Page 81 - BUMI TERE LIYE
P. 81
TereLiye “Bumi” 78
”Enak saja. Nggak boleh.” Aku bergegas hendak menyambar buku
PR-ku.
”Nah, satu gelas jus buah tiba.” Mama lebih dulu masuk ke ruang
tamu, menghentikan gerakan tanganku. ”Silakan, Nak Ali. Jangan malu
malu.”
”Terima kasih, Tante.” Ali menerima minuman sambil tersenyum
santun.
”Ra tidak pernah cerita punya teman lakilaki di sekolah.” Mama
duduk sebentar, bergabung, seolah ikut punya PR bahasa Indonesia —
tepatnya Mama sengaja menggodaku.
”Mereka berdua tidak temanan, Tante,” Seli yang menjawab, tertawa.
”Tidak temanan?” Mama menatapku dan Ali bergantian.
”Di sekolah mereka lebih sering bertengkar.”
”Oh ya?” Mama ikut tertawa.
Sore itu berakhir menyebalkan. Selama satu jam kemudian aku
terpaksa mengalah, membiarkan Ali mengeluarkan buku dari tasnya, ikut
mengerjakan PR di ruang tamu. Sebenarnya, terlepas dari mendadak nya,
tidak ada yang aneh dari kedatangan Ali. Dia sungguh-sungguh mengerjakan
PR mengarang. Seli membantu menjelaskan ide tulisan— seperti yang aku
jelaskan kepada Seli. Ali mengarang dengan serius.
Setengah jam kemudian Ali minta izin ke toilet. Karena Mama sedang
memakai kamar mandi bawah, aku ketus menyuruh-nya naik ke lantai atas.
Ada toilet di sebelah kamar-ku.
”Kamu memang mengajak Ali belajar bareng, Ra?” Seli berbisik, saat
kami tinggal berdua.
”Tidak,” aku menjawab ketus.
”Kok dia tahu kita belajar bareng?”
http://cariinformasi.com