Page 31 - BUKU ILMU FALAK
P. 31
bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi,
Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan
disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua
dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta
tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan
tidak diperanakkan (Surah Al-Ikhlas dalam Al-Qur'an). Ka'bah
akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme
ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa
pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah
agama tauhid (Islam).
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani
Syaibah sebagai pemegang kunci Ka'bah dan administrasi
serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik
pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan,
Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah
Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab
Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah
dan Madinah.
2. Dasar Hukum Menghadap Kiblat
Ketika perintah shalat diberikan kepada Nabi
Muhammad pasca peristiwa Isra‟ Mi‟raj, Nabi Muhammad yang
saat itu berada di Makkah tentu saja menghadap Ka‟bah saat
melaksanakan shalat. Hingga kemudian Nabi Muhammad
hijrah ke Madinah, maka turunlah perintah Allah agar
menghadap ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa, Palestina) ketika
shalat.
Kejadian ini tergambar dalam karya Imam Abu al-Fida
Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1419H), juz I, hal. 272:
َ
َّ
ْ
َ
ُ
ْ
َّ
اَّمَل ملَسو ِهٌْ َلَع ُ َّ اللّ ىل َ ص ِ َّ اللّ َلوُس َ ر َّنأ َكِلَذو ،ةَلْبِقلا نآ ْ رُقلا َنِم َخِسُن ا َ م ُل َّ وأ َناَك
َ
ِ
َ
َ
ْ
ُ َ
ْ
َ
َ
ْ
ِت َح ِ رَفَف ، ِ سِد ْ ق َ ملا َتٌَْب َلِب ْ قَتْسٌَ ْ نأ ُ َّ اللّ ُه َ ر َ مأ ،َدوُهٌَلا اهلْهأ َناَكو ،ِةَنٌِد َ ملا ىَلإ َ ر َجاَه
ِ
َ
َ
Ilmu Falak | 31