Page 37 - PGSD-MODUL 1 BAHASA INDONESIA
P. 37
“Hmmm bilang aja mau ngekritik aku lagi.” Tak tahu kenapa
ada penyakit hati yang di dalam diri Ifa sampai ia bergumam
seperti itu di dalam hatinya.
“Maidin, kita ke mall yuk. Di sana banyak barang yang lagi
promo loh!” ajak Ifa.
“Maaf ya Ifa, aku gak bisa. Lebih baik kamu ikut aku ke
pengajian aja. Daripada ke mall gak ada faedahnya, udah gak
dapat pahala, ngabis ngabisin duit lagi. Lagian barang
barangmu di rumah kan masih banyak yang bagus.” Maidin
menolak ajakan Ifa dan ia balik mengajak nya ke tempat
pengajian, karena di bulan Ramadhan ini Maidin tidak ingin
menyia nyiakan waktunya untuk berfoya-foya.
“Hmm ya sudah kalau gitu, aku mau pergi ke mall bareng
Fauzi aja.” Ifa tetap menolak ajakan Maidin dan ia malah
hendak kencan dengan seorang ikhwan lain.
“Astagfirullah. Fauzi? Siapa lagi itu Fa?” Maidin langsung
menyentuh dadanya karena terkejut sahabatnya akan
berpergian berdua dengan yang bukan makhramnya.
“Dia hanya teman aku kok. Udah kamu tenang aja aku bakal
aman sama dia” Ifa merangkul bahu Maidin.
“Ya Allah, Ifa mengumbar ngumbar auratnya sehingga tidak
memakai hijabnya dan ia hendak berkencan dengan seorang
ikhwan yang bukan makhramnya. Ampuni sahabatku ya
Allah.” Maidin merintih dalam hati.
“Ya udah Fa, aku berangkat ke pengajian dulu ya.
Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
-----------------------------------
Dikeramaian orang- orang pada isak tangis.
“Aku kenapa?” Ifa kebingungan.
“Bu, ibu. Ifa kenapa bu? Kok tubuh Ifa di tidurkan di depan
banyak orang? Dan kenapa tubuh Ifa ditutupi kain kafan?” Ifa
semakin panik. Jelas ibunya tak menjawab karena ibunya tak
bisa melihat rohnya tersebut.
Selang beberapa waktu kemudian, lalu Maidin datang untuk
ke rumah Ifa. “Nah itu Maidin, pasti dia bisa melihat aku.”
Meyakini dirinya dan sambil menghampiri Maidin.
“Maidin, kamu kenapa menangis? Kamu bisa melihat aku
kan?” Ifa terus menanyakan Maidin, sedangkan Maidin pun
tak heran heran karena ia juga tak bisa melihat rohnya Maidin.
“Kenapa semua orang tak bisa melihatku? Apa aku sudah
benar benar mati?” Ifa bersedih meratapinya.
Tak sengaja, Ifa melihat sebuah bak mandi yang berisikan
rambut panjang yang bersemir pirang di kamarnya.
“Ini rambut siapa? Seperti rambutku, tapi kenapa bau sekali
dan rontok begini?” Ifa terheran.

