Page 190 - Modul Pendidikan Guru Penggerak Bu Siti Dhomroh
P. 190
Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan
hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
3. Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok
kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa
mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
4. Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah
berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan
tantangan ini.”
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang
bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih
efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab
pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong
dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan
sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi
keunikan coaching.
TIRTA Sebagai Model Coaching
TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah
diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options
dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak
dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali
semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee
dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah
rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah
rencana aksi dan menjalankannya.
Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk
memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk
melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan
dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.
TIRTA kepanjangan dari
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid
kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda,
sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.
Tugas Anda adalah menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi
murid Anda. Bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada?
Jawabannya adalah keterampilan coaching.
hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
3. Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok
kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa
mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
4. Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah
berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan
tantangan ini.”
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang
bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih
efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab
pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong
dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan
sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi
keunikan coaching.
TIRTA Sebagai Model Coaching
TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah
diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options
dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak
dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali
semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee
dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah
rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah
rencana aksi dan menjalankannya.
Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk
memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk
melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan
dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.
TIRTA kepanjangan dari
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid
kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda,
sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.
Tugas Anda adalah menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi
murid Anda. Bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada?
Jawabannya adalah keterampilan coaching.