Page 260 - Modul Pendidikan Guru Penggerak Bu Siti Dhomroh
P. 260
kelelahan. Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang
menunjukkan tulisan tentang Ibu Yuni menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp.
Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK. Ibu Yuni juga berada di ruang konseling saat itu,
beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-
muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat
pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-
guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu
Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.
Pertanyaan
Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Yuni ini? Hubungkan dengan segala aspek yang bisa
didiskusikan dari materi modul ini
Studi kasus 1 : Bu Yuni sudah terbiasa mengajar murid yang memang secara input sudah bagus.
Jadi Bu Yuni terlanjur enak dan senang mengajar murid yang memang sudah pintar. Terbukti
saat seleksi PPDB dengan zonasi yang muridnya heterogen, Bu Yuni kelabakan menghadapi
murid dengan berbagai macam karakter. Bu Yuni menggunakan pendekatan berbasis
kekurangan, sehingga Bu Yuni merasa kesulitan menghadapai muridnya dengan berbagai
karakter.
Studi kasus 2:
Pak Parjo, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi
murid layaknya anak sendiri. Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan
pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Parjo untuk mendaftar seleksi calon
pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Parjo untuk mengikuti seleksi karena selain
berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Parjo mengikuti seleksi calon
pengawas sekolah.
Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah
yang Pak Parjo ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat
nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG)
bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Parjo justru merasa sedih direkomendasikan kepala
sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Parjo? Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa
yang bisa Anda lakukan?
Studi Kasus 2 : Pak Parjo merasa sedih direkomendasikan oleh kepala sekolah mengikuti
seleksi calon pengawas sekolah, ini sikap yang wajar sebagai guru yang mencintai dunia
mengajar. Pak Parjo akan berpisah dengan murid dan kelas yang biasanya beliau gunakan
untuk berinteraksi dengan muridnya. Jika saya sebagai kepala sekolah, saya akan bertanya
terlebih dahulu kepada Pak Parjo, apakah dia berkenan direkomendasikan untuk mengikuti
seleksi calon pengawas sekolah. Saya tidak akan memaksakan diri untuk merekomendasikan
Pak Parjo, jika dia tidak berkenan, karena Pak Parjo tidak akan nyaman bekerja pada bidang
yang tidak dia harapkan.
menunjukkan tulisan tentang Ibu Yuni menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp.
Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK. Ibu Yuni juga berada di ruang konseling saat itu,
beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-
muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat
pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-
guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu
Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.
Pertanyaan
Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Yuni ini? Hubungkan dengan segala aspek yang bisa
didiskusikan dari materi modul ini
Studi kasus 1 : Bu Yuni sudah terbiasa mengajar murid yang memang secara input sudah bagus.
Jadi Bu Yuni terlanjur enak dan senang mengajar murid yang memang sudah pintar. Terbukti
saat seleksi PPDB dengan zonasi yang muridnya heterogen, Bu Yuni kelabakan menghadapi
murid dengan berbagai macam karakter. Bu Yuni menggunakan pendekatan berbasis
kekurangan, sehingga Bu Yuni merasa kesulitan menghadapai muridnya dengan berbagai
karakter.
Studi kasus 2:
Pak Parjo, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi
murid layaknya anak sendiri. Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan
pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Parjo untuk mendaftar seleksi calon
pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Parjo untuk mengikuti seleksi karena selain
berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Parjo mengikuti seleksi calon
pengawas sekolah.
Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah
yang Pak Parjo ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat
nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG)
bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Parjo justru merasa sedih direkomendasikan kepala
sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Parjo? Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa
yang bisa Anda lakukan?
Studi Kasus 2 : Pak Parjo merasa sedih direkomendasikan oleh kepala sekolah mengikuti
seleksi calon pengawas sekolah, ini sikap yang wajar sebagai guru yang mencintai dunia
mengajar. Pak Parjo akan berpisah dengan murid dan kelas yang biasanya beliau gunakan
untuk berinteraksi dengan muridnya. Jika saya sebagai kepala sekolah, saya akan bertanya
terlebih dahulu kepada Pak Parjo, apakah dia berkenan direkomendasikan untuk mengikuti
seleksi calon pengawas sekolah. Saya tidak akan memaksakan diri untuk merekomendasikan
Pak Parjo, jika dia tidak berkenan, karena Pak Parjo tidak akan nyaman bekerja pada bidang
yang tidak dia harapkan.