Page 108 - Modul PAI Flipbook SMA Berbebasis Problem Based Learning
P. 108
2. Sunan Ampel
Nama asli dari Sunan Ampel adalah Raden
Rahmat. Ia lahir pada tahun 1401 M kemudian
datang ke pulau Jawa sekitar tahun 1443 M., dan
meninggal pada tahun 1481 M. di Demak dan
dimakamkan di Ampel, Surabaya. Ia merupakan
putri Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dari
seorang istri yang berasal dari Negeri Champa.
Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim
(Sunan Gresik). Sunan Ampel hidup pada zaman
Majapahit yang mengalami kemunduran drastis
pasca ditinggal wafat Maha Patih Gajah Mada dan
Prabu Hayam Wuruk. Majapahit terpecah karena terjadi banyak perang saudara
dan para adipati tidak loyal lagi kepada pemerintah kerajaan.
Prabu Brawijaya yang melanjutkan pemerintahan Prabu Hayam Wuruk
menyadari bahwa apabila kebiasaan tersebut dilanjutkan, maka negara akan
menjadi lemah, dan jika negara lemah, dengan mudah musuh akan
menghancurkan Kerajaan Majapahit. Berdasarkan pada situasi yang
memprihatinkan tersebut, kerajaan akhirnya memanggil Raden Rahmat yang
memiliki pengaruh yang cukup kuat di kerajaan Majapahit. Meskipun Raja
Brawijaya menolak masuk Islam, namun ia memberikan keleluasaan kepada
Sunan Ampel untuk mengajarkan Islam kepada rakyatnya, asalkan dilakukan
dengan tanpa paksaan. Dan selama tinggal di Majapahit, Raden Rahmat
dinikahkan dengan Nyi Ageng Manila, puteri Bupati Tuban. Sejak saat itulah gelar
kerajaan melekat di depan namanya, diperlakukan sebagai keluarga keraton
Majapahit dan semakin disegani oleh masyarakat.
Raden Rahmat kemudian membangun pesantren sebagai Lembaga
pendidikan untuk terus mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat,
sehingga Islam semakin berkembang di wilayah Ampel. Pesantren tersebut
mengadopsi konsep pusat pendidikan yang telah berdiri pada masa Hindu Budha.
Ia tidak pernah memaksanakn ajaran-ajaran lama untuk serta-merta dihapuskan.
Bahkan ia justru menjadikannya sebagai sarana untuk mengenalkan Islam.
Misalnya penamaan tempat ibadah dari kata ‘sanggar’ pada era Hindu Budha
98