Page 3 - MODUL APKS 11
P. 3
KILAS SEJARAH:
Semangat nasionalisme Indonesia dalam wujud rasa persatuan Indonesia sudah berlangsung sejak adanya
kerajaan Kutai, Sriwijaya dan Majapahit. Tapi hal itu memudar seiring dengan berjalannya waktu, usai
kemerdekaan Indonesia semakin banyak pihak yang ingin mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri,
sehingga mengancam disintegrasi bangsa antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, ANDI AZIS, RMS,
PRRI, Permesta, G30S/PKI. Sebenarnya apa penyebab terjadinya pemberontakan tersebut? Bagaimana pula
proses terjadinya serta akibatnya bagi bangsa Indonesia? Bagaimana peran tokoh nasional dan daerah dalam
mempertahankan keutuhan NKRI?
PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN DISINTEGRASI
BANGSA A. BERBAGAI PERGOLAKAN DALAM NEGERI 1948-1965
1. PERISTIWA KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN IDEOLOGI
a. Pemberontakan PKI Madiun
PKI bukanlah partai baru melainkan sudah ada sejak zaman pergerakan nasional sebelum
dibekukan oleh pemerintahan Hindia Belanda akibat memberontak tahun 1926. PKI mulai dari
zaman kemerdekaan hingga 1948 masih mendukung pemerintah yang kebetulan dikuasai oleh
golongan kiri. Ketika golongan kiri mulai terlempar dari pemerintahan maka PKI menjadi partai
oposisi dan bergabung dengan FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang didirikan oleh Amir Syarifuddin
awal Februari 1948. Kemudian September 1948 PKI dipimpin oleh Muso. Ia membawa PKI ke dalam
pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September 1948.
Mengapa PKI memberontak? Alasan utamanya bersifat ideologis, yaitu memiliki cita-cita ingin
menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya
diplomasi dengan Muso, bahkan sampai mengikutsertakan tokoh kiri yaitu Tan Malaka untuk
meredam grakan ofensif Muso. Namun kondisi sudah terlanjur panas sehingga pada pertengahan
September 1948 terjadi pertempuran antara kekuatan-kekuatan bersejata yang memihak PKI
dengan TNI mulai meletus. PKI dan kelompok pendukungnya kemudian memusatkan diri di Madiun.
Muso memproklamirkan “Republik Soviyet Indonesia” pada tanggal 18 September 1948. Setelah
berhasil menguasai Madiun, para pemberontak akhirnya melakukan penyiksaan dan pembunuhan
secara besar-besaran. Pejabat pemerintah, perwira tinggi TNI dan polisi, pemimpin parta, para
ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat banyak yang menjadi korban keganasan PKI. Hingga akhirnya
kekejaman PKI itu membuat marah rakyat Indonesia dan berniat bekerjasama dengan pemerintah
untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PKI.
Divisi Siliwangi berhasil menumpas dan memukul mundur pemberontakan pada tanggal 30
September 1948, kemudian Muso tewas tertembak, kemudian Amir Syarifudin tertangkap di hutan
Ngrambe Grobongan, daerah Purwodadi lalu dihukum mati. Akhirnya pemberontakan PKI Madiun
dapat dipadamkan meskipun banyak yang menimbulkan korban dan melemahkan kekuatan
pertahanan RI.