Page 5 - MODUL APKS 11
P. 5

UJI KOMPETENSI

               1.  Tragedi dan konflik sering terjadi di Indonesia. Belajar dari tragedi nasional dan konflik
                   internal yang dapat mengancam disintegrasi bangsa Indonesia pada materi bab ini.
               a.  Mengapa sering muncul gerakan separatisme dan pemberontakan di Indonesia?
               b.  Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan rakyat untuk mengatasi gerakan
                   separatisme?
               c.  Bagaimana  sikap  dan  pendapat  pribadi  Anda  mengenai  tragedi  nasional  dan  konflik
                   internal yang pernah terjadi di Indonesia?

               2.  Jelaskan mengapa konsep negara komunis menjadi tujuan pemberontakan Musso di
                   Madiun 1948!



       b.  DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)

               Cikal bakal pemberontakan DI/TII yang meluas di beberapa wilayah Indonesia bermula dari
        sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo. Dahulu dikenal sebagai salah
        seorang  tokoh  Partai  Sarekat  Islam  Indonesia  (PSII).  Perjanjian  Renville  yang  membuka  peluang
        bagi Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara Islam. Salah
        satu  keputusan  Perjanjian  Renville  adalah  harus  pindahnya  pasukan  RI  dari  daerah  yang  diklaim
        dan  diduduki  Belanda  ke  daerah  yang  dikuasai  RI.  Begitu  juga  Divisi  Siliwangi  sebagai  pasukan
        resmi RI dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh
        Belanda.  Parahnya  lagi  laksar  bersenjata  Hizbullah  dan  Sabilillah  yang  telah  berada  di  bawah
        pengaruh Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII).
        Kekosongan kekuasaan RI di Jawa Barat segera dimanfaatkan oleh Kartosuwiryo meski awalnya dia
        memimpin perjuangan melawan Belanda dalam rangka menunjang perjuangan untuk merealisasikan
         cita-citanya.
               Pasca membentuk Darul Islam (negara Islam) sekitar bulan Agustus 1949, muncul persoalan
        yang  serius  yaitu  Divisi  Siliwangi  kembali  ke  Jawa  Barat,  Kartosuwiryo  tidak  mau  mengakui
        pemerintahan RI melainkan bergabung dengan DI/TII. Hal ini sangat tegas bahwa Kartosuwiryo tidak
        mengakui  pemerintahan  RI  di  Jawa  Barat.  Sehingga  pemerintahpun  bersikap  tegas  yaitu  dengan
        cara melakukan operasi militer 1959.

               Gerombolan  DI/TII  juga  melakukan  pemeberontakan  di  Aceh  yang
         dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh, timbul disebabkan rasa kecewa Daud
        Beureuh status Aceh pada 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi

        karisidenan di bawah Provinsi Sumatera utara. Tanggal 21 September 1953 Daud

        Beureuh menjabat sebagai gubernur militer menyatakan Aceh merupakan bagian

        dari Negara Islam Indonesia langsung di bawah pimpinan Kartosuwiryo. Solusi

        untuk menumpas pemberontakan DI/ TII di Aceh pasukan melakukan operasi

        militer. Pada tanggal 17-21 Desember 1962 diselenggarakan Musyawarah

        Kerukunan Rakyat Aceh, mendapat dukungan dari tokoh masyarakat Aceh                    Foto: Daud Beureuh
        sehingga DI/ TII mampu dipadamkan.

          2.  DI/ TII Jawa Barat
               Pada  tanggal  7  Agustus  1949  di  Kabupaten  Tasikmalaya  (Jawa  Barat),  Kartosuwiryo
         memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan sebagai Darul Islam
         dan  memiliki  tentara  bernama  TII  (Tentara  Islam  Indonesia).  Usaha  untuk  menumpas
          pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor:


                                                                                                                     4
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10