Page 10 - MODUL APKS 11
P. 10

i.  Letkol Sugiyono
         C. Penumpasan G30S/PKI 1965
               Setelah memperoleh gambaran jelas dan keyakinan bahwa G30S/PKI merupakan gerakan
        PKI, Mayjen Soeharto selaku Pangkostrad menyusun rencana untuk menumpas gerakan
        pengkhianatan tersebut.
        Langkah-langkah penumpasan G30S/PKI 1965 meliputi:
         1.  Merebut RRI dan kantor Telkom dipimpin Sarwo Edhi Wibowo.
         2.  Mengadakan operasi penumpasan di basis G30S/PKI di Lanud Halim Perdana Kusuma.
         3.  Menemukan jenazah para jenderal korban G30S/PKI.

         2.  PERISTIWA       KONFLIK        DAN      PERGOLAKAN          YANG       BERKAITAN         DENGAN
         KEPENTINGAN a. APRA
               Pemberontakan  APRA  yang  didalangi  oleh  Sultan  Hamid  II  dan  dipimpin  oleh  Kapten
        Raymond Westerling didahului dengan pengajuan Ultimatum kepada pemerintah, RIS dan Negara
        Pasundan  yang  isinya  menuntut  agar  APRA  diakui  sebagai  Tentara  Pasundan  dan  menolak
        dibubarkannya Negara Pasundan. Ultimatum ini tidak dianggap oleh pemerintah, maka pada 23
        Januari 1950, APRA  melancarkan serangan terhadap Kota Bandung. Setiap anggota TNI yang
          mereka temui, baik bersenjata maupun tidak, ditembak mati di tempat.
          Untuk menumpas pemberontakan APRA, pemerintah menempuh dua cara berikut.
         1)  Tekanan  terhadap  tentara  Belanda,  yaitu  dengan  mendesak  Mayor  Jenderal  Engels  agar
            melarang  operasi  pasukannya  meninggalkan  markas  dan  memaksa  APRA  meninggalkan
            Kota Bandung.
         2)  Operasi  Militer,  yaitu  melakukan  penangkapan  dan  pembersihan  terhadap  anggota  APRA

            serta politisi negara Pasundan yang terlibat.
                    Pada pertempuran di Becet tanggal 24 Januari 1950, pasukan TNI dapat menghancurkan
            gerakan APRA. Sultan Hamid II dapat ditangkap, namun Kapten Westerling berhasil meloloskan
            diri.
       b.  ANDI AZIS

               Republik  Indonesia  Serikat  mengalami  goncangan  ketika  Kapten  Andi  Azis,  seorang
        Komandan  Kompi  APRIS  bekas  KNIL  memberontak  di  Makassar.  Mereka  menolak  kedatangan
        pasukan TNI ke Sulawesi Selatan. Untuk menjaga keamanan itulah maka didatangkan satu batalyon
        TNI di bawah pimpinan Mayor HV Worang. Berita kedatangan pasukan ini menimbulkan rasa tidak
        puas  di  kalangan  pasukan  pimpinan  Kapten  Andi  Azis  melakukan  gerakan  1950,  pasukan  yang
        terdiri  dari  kesatuan-kesatuan  bekas  KNIL  pimpinan  Andi  Azis  melakukan  gerakan  dengan
        menduduki lapangan terbang dan kantor telekomunikasi, menyerang pos-pos militer, dan menawan
        Pejabat  Panglima  Tentara  Teritorium  Indonesia  Timur,  Letnan  Kolonel  A.  Y.  Mokoginta.  Adapun
          faktor-faktor yang menyebabkan pemberontakan Andi Azis meliputi:
         a.  Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara
            Indoensia Timur.
         b.  Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI.
          c.  Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
               Untuk  menanggulangi  pemberontakan  Andi  Azis,  pemerintah  Indonesia  mengeluarkan
         ultimatum pada tanggal 8 April 1950. Isi ultimatum tersebut memerintahkan kepada Andi Azis agar
         melaporkan diri serta mempertanggungjawabkan perbuatannya ke Jakarta dalam tempo 4 x 25 jam.
         Andi  Azis  juga  diperintahkan  untuk  menarik  pasukannya,  menyerahkan  semua  senjata,  dan
         membebaskan  tawanan.  Setelah  batas  waktu  ultimatum  tidak  dipenuhi,  pemerintah  mengirimkan
         pasukan ekspedisi di bawah pimpinan kolonel Alex Kawilarang. Pada tanggal 26 April 1950, seluruh
          pasukan mendarat di Makassar dan terjadilah pertempuran.


       9
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15