Page 12 - MODUL APKS 11
P. 12
3. PERISTIWA KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN
SISTEM PEMERINTAHAN
a. PRRI/PERMESTA
Pemberontakan PRRI/ Permesta berhubungan satu sama lain. Pemberontakan PRRI dan
Permesta terjadi di tengah-tengah situasi politik yang sedang bergolak, pemerintah yang tidak stabil,
masalah korupsi, dan perdebatan-perdebatan dalam konstituante. Penyebab langsung terjadinya
pemberontakan adalah pertengahan antara pemerintah pusat dan beberapa daerah mengenai
otonomi serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Semakin lama pertentangan itu
semakin meruncing. Sikap tidak puas tersebut didukung oleh sejumlah panglima angkatan
bersenjata. Pada tanggal 9 Januari 1958 diadkan suatu pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera
barat. Pertemuan itu dihadiri tokoh-tokoh militer dan sipil.
Keesokan harinya pada tanggal 10 Februari 1958 diadakan rapat raksasa di Padang. Letkol
Achmad Husein dalam pidatonya di rapat raksasa itu memberi ultimatum kepada Pemerintah Pusat.
Ultimatum tersebut menuntut hal-hal berikut:
1. Dalam waktu 5 x 24 jam kabinet Djuanda menyerahkan mandat kepada Presiden atau presiden
mencabut mandat Kabinet Juanda.
2. Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hangkubuwono IX untuk membentuk
Zaken kabinet.
3. Meminta kepada Presiden supaya kembali kepada kedudukannya sebagai presiden
Konstitusional.
Sidang Dewan Menteri pada tanggal 11 Februari 1958 mengambil keputusan untuk menolak
ultimatum tersebut dan memecat dengan tidak hormat Letkol Achmad Husein, kol Zulkifli Lubis, Kol
Dachlan Djambek, dan Kol Simbolon. Komando Daerah Militer Sumatera Tengah kemudian
dibekukan dan ditempatkan langsung di bawah KSAD.
Pemberontakan tersebut mencapai puncaknya ketika pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad
Husein mengumumkan berdirinya “ Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia” berikut
pemberntukan kabinetnya dengan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Proklamasi
PRRI mendapat sambutan dari rakyat Indonesia Timur. Tanggal 17 Februari 1958 LetKol DJ Somba
Komandan Daerah militer Sulawesi Utara dan tengah, menyatakan diri putus hubungan dengan
Pemerintah Pusat dan mendukung PRRI. Gerakan di Sulawesi ini dikenal dengan nama Permesta
di Indonesia bagian Timur, pemerintah memutuskan untuk tidak membiarkan masalah ini berlarut-
larut dan segera menyelesaikan dengan kekuatan senjata.
Untuk mengatasi gerakan ini TNI melancarkan operasi gabungan AD, AL, AU yang disebut
sebagai Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kol Ahmad Yani. Di Sumatera Utara, Operasi Sapta
Marga dilaksanakan di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Jatikusumo. Di Sumatera Selatan, Operasi
Sadar dipimpin Brigadir Jendral Jatikusumo. Di Sumatera Selatan, Operasi Sadar dipimpin Letnan
Kolonel Dr. Ibnu Sutowo. Operasi militer ini bertujuan menghancurkan kekuatan pemberontakan dan
mencegah campur tangan asing. Secara berangsur-angsur wilayah pemberontak dapat dikuasai.
Pada tanggal 29 Mei 1958, Achmad Husein dan pasukannya resmi menyerah. Penyerahan diri itu
disusul para tokoh PRRI lainnya.
b. BFO (Bijenkomnt Federal Overleg)
Para tokoh militer di Sulawesi mendukung PRRI di Sumatera. Pada tanggal 17 Februari 1958,
Letkol D.J Somba (Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah) memutuskan hubungan
dengan pemerintah pusat dan mendukung PRRI. Para tokoh militer di Sulawesi memproklamasikan
Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Pelopor Permesta menguasai daerah Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Selatan.
Untuk menghancurkan gerakan ini pemerintah membentuk Komando Operasi Merdeka. Misi ini
dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. Pada bulan April 1958, Operasi Merdeka segera
11