Page 16 - Gizi dan Kesehatan Remaja_2019_rev4
P. 16
Gizi dan Kesehatan Remaja
Program “Gizi untuk Prestasi”
Sejalan dengan kedua dasar hukum di atas dan pentingnya pendidikan gizi dan kesehatan
remaja serta peran guru, SEAMEO RECFON menggagas sebuah program bernama “Gizi untuk
Prestasi” yang juga diperkenalkan ke negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara dengan
nama “Nutrition Goes to School (NGTS)”. Program ini dirancang untuk menghasilkan keluaran
berupa peserta didik yang aktif, berstatus gizi normal, dan cerdas untuk tercapainya SDM
Indonesia yang unggul. Program ini merupakan penguatan dari program edukasi gizi berbasis
sekolah yang telah ada sebelumnya. Program ini mempunyai kerangka kerja yang lebih
menyeluruh karena memadukan 4 komponen penting untuk tercapainya peserta didik yang
aktif, sehat, dan cerdas. Ke-4 komponen ini dikenal dengan nama DEPPIS yang merupakan
kepanjangan dari DEmand, suPply, Policy, dan Information System.
Paparan topik-topik gizi dan kesehatan menggunakan berbagai metode
pembelajaran merupakan komponen penguatan pengetahuan peserta didik
yang dikenal dengan pendekatan yang menciptakan demand/kebutuhan.
Pembentukan kebutuhan peserta didik terhadap pangan aman sehat bergizi
dan perilaku hidup bersih sehat merupakan proses sehingga tidak dapat
dilakukan hanya dengan beberapa kali pertemuan pembelajaran. Peserta
didik perlu mendapatkan dorongan terus-menerus melalui berbagai cara dan
metode pembelajaran agar kebutuhan ini membentuk karakter mereka untuk
mempunyai gaya hidup sehat yang menjadi bekal untuk kehidupannya kelak.
Dalam rangka pembentukan karakter peserta didik, komponen lainnya yang
menekankan pendekatan suplai di lingkungan sekolah perlu dikembangkan
agar peserta didik dapat mempraktikkan pengetahuan gizi dan kesehatan yang
sudah didapat. Berkaitan dengan pangan aman sehat bergizi, kantin sekolah
(termasuk penjaja di luar sekolah) serta kebun sekolah merupakan lingkungan
sekolah yang perlu dikembangkan menjadi sarana penyedia suplai.
Proses belajar yang diiringi langsung dengan praktik dirasakan lebih mengena
bagi para peserta didik. Komitmen Kepala Sekolah terbukti menjadi
pendorong bagi tercapainya prestasi sekolah karena dari komitmen ini
kemudian lahirlah kebijakan. Komponen ini kita kenal sebagai pendekatan
kebijakan. Pendekatan yang ketiga ini merupakan “perekat” agar pendekatan
demand dan suplai dapat berjalan dengan sinergis secara berkesinambungan.
Proses pembentukan karakter yang diinisiasi di sekolah ini merupakan upaya
perubahan sosial karena melibatkan banyak pelaku dan penerima manfaat
untuk mencapai perubahan yang kompleks. Agar perubahan ini dapat terukur,
diperlukan pendekatan sistem informasi untuk mencatat, mengawasi dan
membagikan setiap pembelajaran, tantangan dan capaian kepada para
pemangku kepentingan dalam program ini dalam rangka perbaikan program
yang berkesinambungan.
SEAMEO RECFON Kemendikbud RI 5

