Page 40 - EMODUL KIMIA LINGKUNGAN ANUGRA RAHMA SHAFIRA
P. 40
2. Laut Perairan banggai, 2,14 – 4,15 Simanjuntak,2012
sulawesi tenggara mg/L
3. Laut Perairan cituis, 6,7 – 9,2 Simbolon,2016
pesisir tangerang mg/L
4. Laut Perairan selat bali 4,7 – 4,83 Megawati,dkk,2014
bagian selatan mg/L
5. Laut Perairan 5,57 – 5,96 Patty,dkk,2015
jikumerasa, pulau mg/L
buru
6. Estuari Perairan muara 1,8 – 3,1 Wulandari,dkk,2020
sungai somber, mg/L
balikpapan,
kalimantan timur
7. Estuari Perairan terumbu 4,06 – 6,44 Patty dan
karang ternate, mg/L Akbar,2018
tidore dan
sekitarnya
8. Estuari Perairan tambak 5,65 – 6,8 Suparjo,2008
desa mororejo, mg/L
kabupaten kendal
Kadar Dissolved Oxygen (DO) pada perairan Indonesia umumnya berada
pada kisaran 4,5 ppm – 7,0 ppm (Sutamihardja,1978;Connel dan
Miller,1995;Patty,2013;Hasanah dan Putrawangsa,2016). Tingkat kadar
Dissolved Oxygen (DO) pada perairan estuari/muara lebih rendah jika
dibandingkan dengan perairan laut lepas dikarenakan tingkat kejernihan air pada
perairan lepas yang lebih tinggi akan sebanding dengan tingkat fotosintesis yang
tinggi pula (Patty,2013).
Faktor yang mempengaruhi nilai DO
Besarnya kandungan oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh laju
fotosintesis, respirasi, suhu, salinitas, penetrasi cahaya, kuat arus dan jumlah
bahan organik yang terdapat diperairan (Odum,1996). Rendahnya kadar oksigen
di perairan erat kaitannya dengan tingginya kekeruhan dan juga mungkin
disebabkan oleh semakin meningkatnya aktivitas mikroorganisme dalam
menguraikan zat organik menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen
terlarut (patty dan akbar,2018).
39