Page 112 - BERFIKIR
P. 112
"katanya". Misalkan, pengertian data menurut profesor anu, itu
"katanya". Semua yang ada di daftar pustaka / referensi itu
"katanya", dan itu sah secara ilmiah. Dengan syarat "katanya"
berasal dari ahli. Sebenarnya yang dipermasalahkan bukan itu,
tapi “katanya” itu kata siapa? Inilah yang akan dibahas pada
bab ini.
Sebenernya judul bab ini udah pernah gw jadiin status dan ada
yang komentar bijak “semua pendapat harus dihargai, tapi ga
semua pendapat harus diambil”. Seakan-akan komentar itu baik
atau bijak, padahal nyatanya engga. Bahkan yang nulis
komentar itu pun pasti ga bakal praktekin apa yang dia tulis.
Contoh mudahnya gini, si A punya penyakit asam lambung lalu
berobat ke dokter, setelah didiagnosis dokter ternyata bener
kalo si A itu punya penyakit asam lambung. Setelah pulang, dia
ketemu tetangganya yang bukan dokter dan cerita gejala yang
si A rasakan tiap hari. Lalu tetangganya itu bilang kalo si A
bukan asam lambung, tapi kena usus buntu. Kira-kira si A
bakal percaya siapa? Pasti percaya dokter kan?. Apakah si A
akan menghargai dan mempertimbangkan ucapan tetangganya
lalu dibandingkan dengan hasil diagnosis dari dokter? Tentu
saja enggak kalo si A adalah orang yang masih normal akal dan
logikanya. Inilah yang gw sebut kalo ga semua pendapat itu
harus dihargai.
Si A ga menghargai pendapat tetangganya bukan berarti ga
sopan, tapi justru itulah yang emang harus dilakukan oleh
manusia yang sehat akalnya. Kita akan menyandarkan
97