Page 161 - BERFIKIR
P. 161
bidangnya dan juga berpendidikan bahkan ditangkap polisi saat
melaksanakan seminar ilmiahnya di hadapan para peserta. Saat
di jebloskan ke penjara, ia hanya seorang tahanan biasa. Tidak
bisa melakukan tugasnya sebagai dokter atau belajar
mendalami keilmuannya di dalam sana, karena memang
fasilitas untuk itu tak memadai.
Yang bakal gw analisis dari kasus ini adalah saat seorang ahli /
pakar / praktisi melakukan satu hal buruk (sesuatu yang
merugikan orang lain) lantas ia ga bisa mengamalkan ilmunya
lagi hanya karena hal tersebut? Gimana kalo ia merasa bersalah
dan bertaubat sungguh-sungguh dan janji ga ngelakuin halitu
lagi? Haruskah dia kehilangan pengetahuannya akibat dikurung
di penjara dalam waktu yang lama? Bisa jadi pula ia
melakukan satu keburukan itu (baca = melukai) berdasarkan
force majeur (keadaan terpaksa) misalnya ga tahan dibuli lalu
melawan, diancam rentenir, melawan begal, membela diri saat
dihajar atau yang lainnya. Apakah ga ada cara untuk tetap
memberikan hak asasi pada mereka sehingga mereka masih
dapat leluasa untuk melakukan riset / berlatih / kegiatan
lainnya yang mendukung keilmuannya di dalam penjara?
Jangan sampai, setelah keluar nanti tidak hanya lisensinya yang
dicabut namun juga kehilangan kepakarannya / keilmuannya
(akibat dari terlalu lamanya ga praktik). Bukankah itu sangat
mengerikan? Melebihi dari ancaman penjara sebelumnya yang
udah ia jalani? Beban psikologis nya sangat berat.
146