Page 51 - BERFIKIR
P. 51
Bahkan orang-orang seperti ini juga pada dasarnya taklid. Kalo
dia pake terjemah Alquran, maka dia taklid pada terjemahan
itu. Kalo dia pake hadits Bukhari, maka dia taklid pada Imam
Bukhari, harusnya dia nyari sendiri kesahihan hadits tersebut,
jangan ngikut Imam Bukhari. Kalo dia bilang “kata ustadz
gw”, nah dia juga taklid sama ustadznya. Lagi pula, saat
mereka bilang kembali kepada Alquran dan Hadits, emang
selama ini umat Islam di Indonesia ini berpedoman pada apa?
Kitab Sutasoma? Mereka bilang kaya’ gitu pada hakikatnya
adalah kembali pada Alquran dan Hadits sesuai pemahaman
Ustadznya aja. Intinya ya taklid juga.
Sebenernya selain tiga kasus tersebut masih banyak kasus
lainnya yang bisa gw bahas. Tapi malah jadi kebanyakan.
Poinnya adalah, kalo kita ini ngerasa ga punya pengetahuan
dalam suatu bidang, ngerasa masih bodoh, ga paham apa yang
sedang terjadi, kita harus sadar diri. Tugas orang awam itu
mudah banget, cuma “nanya” aja. Tugas orang yang
berpengetahuan lebih berat, mempersiapkan jawaban yang bisa
dimengerti penanya. Kalo udah dijawab, tugas orang awam itu
taklid, manut, nurut. Kecuali di kemudian hari dia menemukan
fakta yang bertentangan dengan jawaban tersebut. Taklid itu
bukan suatu kehinaan atau dosa, jadi ga usah gengsi. Agar naik
level, teruslah belajar. Semakin banyak belajar, semakin sadar
kalo diri kita ini ga ada apa-apanya. Tingkatan belajar itu ada
3, pada tingkatan pertama kita akan jadi sombong, pada
tingkatan kedua kita akan rendah hati (ga cepat memvonis
36